Tidak Bisa Berenang, Penyuluh Pertanian Terobos Banjir, Istri: Sudah Tak Bisa Komunikasi
Sementara kendaraan roda dua yang mereka gunakan sebagai transportasi sudah mogok akibat kemasukan air dan mereka tinggal di bengkel yang masih buka.
Hingga kemarin petang, Lani mengaku belum mengetahui kabar suaminya sudah sampai di mana karena komunikasi melalui sambungan telepon seluler tidak bisa dilakukan akibat keterbatasan jaringan.
"Mereka berdua ini tidak bisa berenang, mereka keluar dari kepungan banjir menggunakan rakit dari batang pisang, hingga saat ini saya belum tahu mereka sudah sampai di mana, karena komunikasi sudah tidak bisa," keluhnya.
Lani mengungkapkan bahwa ia mendapat kabar bahwa suaminya nekat pulang di tengah kepungan banjir tersebut dari salah satu rekan suaminya sesama penyuluh yang berada di Nanga Bulik.
Bahkan rekannya tersebut memposting foto perjuangan rekannya, di media sosial, saat berenang mendorong rakit batang pisang, dengan barang-barang yang mereka dekap erat di jalan trans Bayat menuju jalan poros kecamatan Belantikan Raya setinggi dua meter.
Ia berharap suaminya bersama rekannya diberikan kesehatan dan keselamatan hingga sampai di rumah dan berkumpul bersama keluarganya kembali.
Dia juga khawatir dengan kondisi rumahnya di kota Nanga Bulik karena air yang sudah mulai meninggi.
"Tadi pagi (Minggu, 12/7) masih belum naik, sekarang sudah sampai halaman dan sedikit lagi naik ke lantai rumah. Selain mengkhawatirkan suami saya juga khawatir dengan kondisi air yang meninggi di rumah," demikian Lani. (antara/jpnn)