Tidak Punya Biaya, Banyak Siswa tak Kuliah, Ini Solusinya
jpnn.com, JAKARTA - Jumlah siswa di Indonesia yang melanjutkan ke perguruan tinggi meningkat setiap tahunnya. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, tahun ajaran 2010/2011 terdapat 1,08 juta mahasiswa baru. Sementara, pada 2014/2015 mencapai 1,45 juta mahasiswa baru.
Sayangnya, hanya 8,15 persen dari total penduduk usia 15 tahun ke atas yang berhasil menyelesaikan pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi.
Riset yang dilakukan PT Haruka Evolusi Digital Utama (HarukaEDU) tahun 2018 menyebutkan, 79% lulusan SMA/SMK yang bekerja tertarik untuk melanjutkan kuliah. Namun 66% dari keseluruhan responden mengaku terkendala biaya.
Selain itu, Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi di Indonesia juga cukup mengkhawatirkan, yakni hanya mencapai 31,5 persen. Di mana angka ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Pada fase pendidikan 4.0 dengan perkembangan industri dan teknologi berciri sistem digital, artifisial, virtual dan berskala global, peningkatan kualitas SDM menjadi syarat utama. Dalam upaya untuk menyesuaikan diri dalam fase ini, maka diperlukan akses pendidikan seluas-luasnya agar semua kalangan dapat mengenyam pendidikan yang layak.
"BFI Education memberikan solusi bagi masyarakat untuk merencanakan kebutuhan dana pendidikan," kata Yefta Bramiana, Business Development Head BFI Finance usai menandatangani perjanjian kerja sama dengan Novistiar Rustandi, CEO HarukaEDU sekaligus Pintaria, Rabu (19/12).
Kolaborasi ini menurut Yefta bertujuan untuk menyediakan akses pembiayaan pendidikan yang inklusif supaya sebanyak mungkin masyarakat bisa mendapatkan akses pendidikan formal maupun informal.
Menyikapi digitalisasi yang telah mengubah pola kehidupan sehari-hari termasuk bidang pendidikan, BFI Education memberikan sarana inklusi pendidikan dengan menggandeng Pintaria yang mengakomodir kebutuhan masyarakat untuk kuliah dengan metode blended learning, yakni campuran antara pembelajaran online dan tatap muka.