Tidur Tiga Jam Sehari Demi Suksesnya Pelaksanaan Pileg
jpnn.com - WARNA hitam di bawah pelupuk mata adalah pertanda orang mengalami kelelahan fisik yang lumayan. Hal itu yang terlihat pada diri Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman.
Ditemui JPNN sehari menjelang pencoblosan 9 April, dengan wajah lelah, komisioner yang membidangi urusan logistik ini dengan telaten menjelaskan ritme kerjanya.
“Hari-hari terakhir ini bukan hanya urusan internal, urusan ekternal juga meningkat luarbiasa. Kita harus lebih meningkatkan koordinasi dengan Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu), partai politik, TNI/Polri, pemerintah dan kita juga harus banyak berbicara di berbagai tempat. Itu intensitasnya meningkat semua,” ujarnya.
Menurut Arief, meningkatnya intensitas pekerjaan membuat dirinya dan seluruh komisioner KPU lain terpaksa harus menambah jam kerja. Mereka yang biasanya dalam beberapa bulan terakhir bekerja dari Pukul 08.00 hingga 24.00, harus menambah jam kerja hingga jam 2 malam setiap hari.
"Biasanya jam 11-12 malam bisa pulang. Tapi sekarang baru bisa pulang jam 2 malam. Sementara subuh kita sudah harus bangun, memersiapkan diri, memersiapkan anak sekolah dan paling lambat jam 9 pagi sudah harus berangkat lagi ke kantor," katanya.
Itu belum termasuk kalau di pagi hari mereka harus menjadi pembicara di sebuah acara, maka waktu bersama keluarga, terpaksa harus dikorbankan. Akibatnya, tidak saja kondisi kehidupan harmonisasi dalam keluarga menjadi terganggu, namun juga diakui beban yang memuncak, berpengaruh terhadap kondisi psikologis.
“Itu keluarga ya protes. Apalagi anak, mulai merasakan kalau kita jarang berinteraksi. Jadi memang harus kita akui beban psikologis itu benar-benar berpengaruh. Kalau tidak dapat menahan dan mengendalikan diri, tingkat emosi kita naik. Makanya kita harus pandai-pandai mengatur ritme, kapan harus mengeluarkan energi besar atau marah dan kapan untuk tidak mengeluarkan itu,” katanya.
Meski keluarga protes, namun demi tugas negara, kata Arief, maka mau tidak mau untuk sementara waktu, mayoritas waktu ia curahkan bagi kesuksesan pelaksanaan pemilu. Dan harus benar-benar pintar mengatur waktu serta ritme emosi. Sebab kalau tidak, maka semua akan berantakan. Karena satu persoalan muncul, bisa mengakibatkan problem nasional. (gir/jpnn)