Tiga Anak Laki-lakinya Dinyatakan Punya Gen Perempuan
Menurut Sultana, dalam penanganan kasus CAH seperti yang dialami anak Torikin, pihaknya sangat berhati-hati.
”Pasalnya, dalam penentuan jenis kelamin atau gender si penderita yang nantinya jika dilakukan operasi, harus memperhatikan kondisi psikologis dari si penderita sendiri dan keluarga,” terangnya.
Karena itu, dalam uji laboratorium awal, pihaknya juga melibatkan ahli dan dokter terkait seperti dokter bedah, dokter anak, dokter anestesi, dokter bedah plastik, psikolog, dan psikiater.
”Terjadinya penyakit kerancuan kelamin itu diakibatkan oleh faktor genetis yang diturunkan dari kedua orang tua si penderita,” jelas Sultana.
Dia menambahkan, hasil uji laboratorium menunjukkan, dari tiga anak yang diperiksa, diperoleh gen perempuan (XX). Meski begitu, secara identitas, gender tetap mengikuti perkembangan dan keinginan orang tua si penderita.
”Ada yang anaknya diberi pakaian layaknya laki-laki dan ada juga yang diberi pakaian layaknya perempuan. Itu dilakukan karena orang tua si penderita ingin menegaskan status gender si penderita,” tutur dia.
Menurut Sultana, gangguan pada kelenjar anak ginjal juga memengaruhi produksi hormon, terutama androgen yang merupakan hormon seks pria.
”Pada laki-laki, kondisi ini memicu pubertas yang terlalu cepat dan ukuran penis yang lebih besar, sedangkan pada perempuan bisa memicu pembengkakan klitoris hingga mirip jenis kelamin laki-laki. Untuk kasus tiga anak asal Tegal ini, yang terjadi adalah kerancuan kelamin atau ambiguous genitalia,” terang Sultana. (ewb/aro/c11/kim/bersambung/II)