Tiga Generasi Berebut Kursi Ketua Iluni FH UI
"Alumni FHUI itu banyak yang sukses di bidang hukum dan bidang yang sama sekali tidak berhubungan dengan hukum. Tinggal bagaimana menggabungkan kemampuan alumni yang ada sehingga bisa secara khusus memberikan manfaat bagi alumni FHUI dan FHUI, serta secara umum berkontribusi terhadap pembangunan hukum di Indonesia. Caranya dalam konteks nasional antara lain dengan mengajak ahli dan praktisi hukum lulusan FHUI untuk ikut dalam pembuatan naskah akademik suatu peraturan," beber Handa, 30, yang sudah menulis lebih dari 50 jurnal hukum dan penelitian di media massa dan bukunya sudah diterbitkan di Amerika Serikat tersebut.
Dia mengaku dukungan datang dari semua kalangan alumni, angkatan 1965 hingga 2010-an. Termasuk tokoh dan pakar hukum perbankan Indonesia, Pradjoto (FHUI 1974).
Dalam video dukungannya yang beredar di Youtube, Pradjoto mengatakan kekagumannya terhadap sosok Handa yang sarat prestasi akademis dan paradigma Handa yang diharapkan memberikan sentuhan luar biasa bagi kemajuan Iluni FHUI.
Dukungan juga datang dari alumni FHUI Rahmat Bastian. "Saya yakin Handa bisa kerja cepat, energik, dan dinamis. Contohnya sederhana, sebelum usia 30 tahun telah dipercaya almamaternya di luar negeri mengemban gelar Doktor (Ph.D)," sebutnya ditemui terpisah.
Rahmat juga menyebut, banyak angkatan senior yang suka dengan sikap sederhananya. "Saya melihat, Handa satu-satunya kandidat yang paling netral karena bebas doktrin hijau, merah, senat, atau kantin yang selama ini membelenggu kekompakan mahasiswa hingga alumni. Padahal persaingan di luar hanya melihat alumni Indonesia, Singapura, Malaysia, atau Australia," analoginya.
Alumni lainnya, Saras Latifa dari FHUI 1990 mengatakan pentingnya partisipasi orang muda untuk mengemban tugas sebagai Ketum Iluni. "Darah muda memang dibutuhkan untuk membawa perubahan. Handa kandidat yang potensial, kebetulan juga berasal dari akademisi, sehingga akrab dengan lingkungan kampus," pujinya.
Hanya saja, Saras yang saat ini bekerja di Firma Hukum BE Partners itu tidak secara tegas memberikan dukungan kepada siapa. "Saya sudah milih. Yang penting adalah ketua yang baru bisa mempersatukan alumni dan tidak menciptakan gap-gap antara senior dan junior. Intinya adalah merangkul lebih banyak alumni dengan proker yang menjunjung tinggi asas kesetaraan dan pemberdayaan," paparnya panjang lebar.
Begitu pun dengan Rudhi Mukhtar. Pria alumni FHUI 1992 itu berharap ketua baru bisa mengoptimalisasikan jaringan. "Yang dibutuhkan alumni adalah akses agar ada kemudahan bagi junior untuk terjun ke dunia hukum. Baik itu di Indonesia atau pun internasional," harapnya. (esy/jpnn)