Tiga Lima
Oleh: Dahlan IskanNingrum dituduh sebagai pengejar H-indeks dengan cara yang tidak terhormat.
Ningrum sampai harus membuat klarifikasi ke institusi kampusnya.
Barulah orang tahu Ningrum melakukan penelitian dengan cara yang belum biasa dilakukan di sini: bergabung dengan grup penelitian besar di dunia.
Di kalangan akademi, nama Ningrum memang bukan siapa-siapa. Bukan profesor. Baru asisten profesor. Kampusnya pun bukan UI atau ITB.
Ningrum hanya menyebut dirinya sebagai pencinta kesehatan dan angka-angka. Ayahnya, seorang tenaga kesehatan lulusan SMEA di Yogyakarta, ingin Ningrum masuk fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Dia takut darah. Dia tidak ingin mengecewakan sang ayah. Begitu lulus SMAN 1 Yogyakarta, Ningrum ikut tes masuk fakultas kedokteran. Niatnya hanya ingin menjadi sarjana kedokteran –tidak ingin jadi dokter.
Yang diterima justru pilihan kedua yang idenya datang dari ibunda. Ningrum pun masuk fakuktas kesehatan masyarakat di Universitas Diponegoro, Semarang. UGM tidak punya program S1 kesehatan masyarakat –seperti ikut model Eropa.
Minatnya selama S1 adalah di epidemiologi. Lalu masuk S2, masih di Undip, di bidang sistem informasi manajemen kesehatan.