Tiga Perbedaan Bom Bunuh Diri JI dan JAD, Mereka Mengerikan!
jpnn.com, JAKARTA - Mantan Ketua Instruktur Perakitan Bom Jamaah Islamiyah (JI) Ali Fauzi mengatakan, ada perbedaan aksi pengeboman yang dilakukan JI dan oleh Jamaah Ansharut Daulah (JAD) sekarang.
Pertama, Dulu JI tak pernah menggunakan bomber perempuan. Selain itu, mereka berhitung antara modal dan hasil yang dicapai.
’’Dulu kami sangat berhati-hati dalam melakukan serangan,’’ ungkapnya seperti diberitakan Jawa Pos. Berhati-hati itu dalam konteks menghitung betul dampak aksi dengan sumber daya yang dikeluarkan.
Rencana aksi dirapatkan lebih dahulu secara organisasi. Kemudian, diputuskan pembentukan tim kecil eksekutor dan segera melakukan perencanaan.
Total rentang waktu antara perencanaan hingga aksi bisa mencapai tiga bulan. Itulah yang membuat aksi-aksi JI selalu besar. Rakitan bomnya matang. Waktu peledakan juga sangat matang sehingga daya rusaknya begitu besar.
Kedua, JI selalu memaknai jihadnya sebagai jihad ofensif. Karena itu, JI tidak pernah menggunakan perempuan dan anak-anak dalam aksinya.
Menurut dia, tidak sedikit akhwat JI yang dulu menyatakan siap menjadi pengantin bom bunuh diri. Namun, para petinggi JI saat itu tidak pernah menanggapinya dan tak pernah melakukan skema jihad ofensif dengan menggunakan perempuan serta anak-anak.
Hal tersebut berbeda dengan JAD maupun organisasi teroris yang berafiliasi ke ISIS. Selain JAD, ada Khatibatul Iman pimpinan Abu Husna alias Abdur Rohim serta kelompok Hendro Fernando dan Brekele yang berafiliasi ke ISIS.