Tiga Tahun Puasa Daud, dari Pekalongan Jalan Kaki ke Tanah Suci
Solichin menceritakan, anaknya memang punya pendirian yang teguh. Jika menginginkan sesuatu, pasti diusahakan sendiri dengan sepenuh hati.
Sebenarnya, awal perjalanan spiritual itu tidak dilakukan Aim seorang diri. Ada dua orang kawannya yang menemani.
Namun setibanya di Tegal, kawan-kawannya itu menyerah dan balik ke rumahnya. Soal perbekalan yang dibawa, Solichin menuturkan anaknya hanya membawa beberapa lembar pakaian dan sedikit uang.
"Ketiga kakaknya (yang di Jakarta) sebelumnya meminta dia untuk kerja dulu. Tapi anaknya tidak mau. Dia justru mempersiapkan fisik maupun mentalnya selama tiga tahun," ujar Solichin.
Soal strategi yang ditempuh Aim, Solichin menjelaskan anaknya itu berjalan setiap malam. Di siang hari, Aim beristirahat.
Hampir setiap hari, Syaufani Solichin mendapatkan kabar anaknya dari teman-teman anaknya.
"Beberapa teman-temanya hampir setiap hari memberikan kabar tentang anak saya. Kabarnya dia sehat-sehat saja, malah diperlihatkan fotonya. Saya sendiri sudah tua tidak bisa pakai hape," katanya sembari tersenyum kecil.
Sikap anaknya yang nekat tersebut, sebagai orang tua ia mengaku ada secercah rasa bangga. Keuletan Aim terhadap cita-citanya untuk menunaikan haji dengan jalan kaki akan tercapai.