Tim Jokowi Harus Secepatnya Meredam Dampak Omongan Mahfud MD
jpnn.com, JAKARTA - Kesaksian Mahfud MD soal intrik di balik kegagalannya maju mendampingi Joko widodo di Pilpres 2019, bisa dimaknai macam-macam oleh publik. Apalagi kesaksian itu disampaikan pada acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang disiarkan secara langsung ke seluruh penjuru negeri oleh TV One.
"Pernyataan Pak Mahfud bisa dimaknai macam-macam dan bahkan bisa menjadi liar. Makanya, secara konseptual dan hipotesis saya menilai, pernyataan itu berpengaruh terhadap elektabilitas pasagan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019," ujar pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing kepada JPNN, Jumat (17/8).
Pengajar di Universitas Pelita Harapan ini lebih lanjut menilai, kubu Jokowi-Ma'ruf Amin perlu segera melakukan langkah-langkah taktis. Misalnya, tim komunikasi harus segera bekerja menyuarakan tentang keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintahan di bawah kepemimpinan Jokowi dalam empat tahun terakhir.
Selain itu, harus mampu menyampaikan secara efektif program-program yang nantinya bakal dilaksanakan Jokowi-Ma'ruf jika terpilih di Pilpres 2019.
Karena harus diingat, ruang publik merupakan ruang pertarungan ide, gagasan atau pertarungan komunikasi. siapa yang menguasai ruang publik, merekalah yang akan keluar sebagai pemenang.
"Sekarang kan ruang publik sudah diwarnai pandangan Mahfud, jadi harus segera juga tim Jokowi mewacanakan komunikasi yang dinilai baik. Saya kira jika capaian dan program yang akan dilakukan ke depan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, maka itu menjadi tirai penutup bagi pengakuan Pak Mahfud," ucapnya.
Direktur Eksekutif EmrusCorner ini mengingatkan, tak semua rumor yang berkembang harus ditanggapi atau dibantah. Karena hal itu justru akan semakin menarik keingintahuan publik.
Cukup dengan menyampaikan kebijakan maupun program yang nantinya berkaitan langsung dengan masyarakat. "Jadi tergantung seberap efektifnya tim komunikasi Jokowi-Ma'ruf Amin bekerja. Kalau efektif, masyarakat bisa saja kemudian menilai, Jokowi tetap yang terbaik meski kisah di balik kegagalan Mahfud. Bukankah orang lebih cenderung memilih pemimpin yang bisa menyejahterakan masyarakat," pungkas Emrus. (gir/jpnn)