Timpang
Oleh: Dhimam Abror DjuraidData yang diajukan Piketty sangat detail. Ia mengumpulkan data historis negara-negara Eropa yang maju dan beberapa negara berkembang sejak 1.800 untuk melakukan komparasi. Data dokumen penjajahan Belanda pada 1920 juga didapat oleh Piketty dengan cukup detail.
Dengan data historis tersebut Piketty memetakan hubungan antara kesenjangan dan distribusi pendataan dan distribusi kesejahteraan, serta hubungan antara kesejahteraan dan pendapatan.
Dengan ketersediaan data historis dan rumusan tersebut, Piketty menyimpulkan bahwa dengan kesenjangan yang terjadi pada abad ke-19 akan terjadi kembali lagi pada abad ke-21 dan akan menjadi lebih buruk pada masa mendatang.
Terlebih, di masa kini, modal makin terakumulasi pada segelintir orang. Hal ini ditunjukkan Piketty dengan menggambarkan bahwa 10% orang terkaya di Amerika Serikat bukan hanya memiliki 75 persen kekayaan nasional, tetapi bahkan antara 2010 hingga 2012, 1 persen orang terkaya di Amerika Serikat menikmati hampir 95 persen pertumbuhan pendapatan nasional.
Indikator yang kurang lebih sama terjadi di Indonesia. Apa yang dikemukakan Anwar Abbas adalah data lama yang menunjukkan ketimpangan yang menganga.
Penyelesaian masalah ini tidak bisa dilakukan hanya dengan distribusi kepemilikan tanah tanpa menyelesaikan persoalan struktural yang berhubungan dengan akumulasi modal yang dilakukan oleh 1 persen orang-orang crazy super-rich Indonesia dan para oligark ekonomi dan politik.
Kesenjangan ini bukan hanya menjadi persoalan ekonomi, tetapi menjadi persoalan sosial politik yang bisa membawa akibat dahsyat. Sebagai orang Prancis Piketty mengingatkan bahwa kesenjangan ekonomi bisa mengakibatkan revolusi besar seperti yang terjadi pada revolusi Prancis 1776.
Jika kesenjangan sosial tidak diatasi secara struktural dan mendasar maka ancaman kerusuhan besar dalam bentuk revolusi akan tetap muncul.