Tinggalkan Yogyakarta, Ari Dwipayana Kini jadi Orang Istana
jpnn.com - SOSOK yang satu ini paling sering mondar-mandir di lingkungan Istana Negara. Kehadirannya termasuk yang paling ditunggu puluhan awak media massa yang meliput kegiatan kepresidenan. Dia adalah Ari Dwipayana, tim komunikasi Presiden Joko Widodo.
Dulunya, pria berkaca mata asal Bali itu adalah seorang akademisi, pengajar di Jurusan Ilmu Pemerintahan, FISIPOL, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Namun, sejak Desember 2014 lalu, ia perlahan mulai meninggalkan sejumlah aktivitas mengajarnya di kota pelajar itu dan masuk lingkungan Istana. Diawali dengan menjadi staf khusus Mensesneg Pratikno.
"Setelah Pak Teten Masduki diangkat menjadi Kepala Staf Presiden, baru saya masuk sebagai staf khusus presiden, di tim komunikasinya," ujar Ari saat berbincang-bincang dengan JPNN beberapa waktu lalu.
Puluhan tahun menjadi akademisi dan kini berkarier di sekitar orang nomor 1 Indonesia, adakah yang berbeda dari kehidupan Ari? Tentu saja. Bisa dibilang, Ari harus menempel pada Jokowi, sapaan Joko Widodo, setiap hari.
Diakuinya, presiden yang suka bekerja itu memiliki stamina fisik yang luar biasa. Karena itu, orang-orang yang mendampingi Jokowi juga harus ekstra kuat untuk mengimbangi intensitas kerja Jokowi. Ari justru salut pada Jokowi yang masih bisa menunaikan puasa Senin dan Kamis di tengah padatnya kesibukan sebagai kepala negara.
"Beliau itu sudah seperti lari marathon. Larinya sangat cepat. luar biasa, jadi memang perlu stamina yang lebih besar untuk ikut ritme kerja beliau. Kecepatan dan ketepatan, kebijakannya. Saya harus bisa pastikan tidak hanya cepat, tapi juga tepat membantu beliau," imbuh Ari.
Setiap hari, Ari selalu bertemu wartawan untuk diwawancarai seputar kebijakan dan kegiatan presiden. Karena itu, mau tak mau, dia juga harus mempelajari beberapa bidang lain secara umum. Terutama ekonomi dan hukum. Sementara bidang-bidang lainnya, sudah dikuasainya karena sebagai akademisi, Ari sudah sering melakukan penelitian dan riset.
"Pengalaman saya di kampus justru sangat membantu pekerjaan saat ini. Bedanya, saat ini akses saya lebih mudah dengan pembuat kebijakan. Sekarang hanya harus lebih cepat, untuk tim kami, agar informasi bisa tersampaikan pada publik," kata pria kelahiran, Gianyar, Bali tersebut.