Tingkat Pengangguran Terbuka Lulusan Vokasi Menunjukkan Tren Penurunan, Ini Faktanya
Menurut dia, dengan Tefa di mana para siswa dapat belajar dalam kondisi yang menyerupai lingkungan industri, baik dalam prosedur maupun standar yang digunakan, telah mendorong para peserta didik untuk jauh lebih siap menghadapi dunia kerja, utamanya dari sisi soft skills yang selama ini dinilai menjadi persoalan lulusan vokasi.
“Berdasarkan data Rapor Pendidikan pada indikator Kualitas Pembelajaran dalam Teaching Factory, setidaknya terdapat 11.514 SMK (84,50%) berada pada kategori Baik dan Sedang,” kata Tatang.
Selain itu, menurut Tatang, pembelajaran Tefa yang berorientasi atau berbasis produk mendorong SMK bisa mengembangkan diri menjadi Badan Layanan Umum (BLU), termasuk melaksanakan usaha hilirisasi produk barang dan jasa secara terpadu antara SMK dan DUDI.
Salah satu contoh yang berhasil dalam pengembangan Tefa ialah SMK YPM 8 Sidoarjo.
Sekolah itu melaksanakan program Tefa dengan produk Computer Numerical Control (CNC) Milling Training Unit SYS-8 4025, yang dihasilkan oleh para siswa berkolaborasi bersama industri.
Setiap bulannya, SMK YPM 8 Sidoarjo mampu memproduksi satu unit mesin CNC Milling Training Unit SYS-8 4025 dengan harga rata-rata Rp150 juta.
Hasil penjualan dari produk-produk tersebut kemudian diolah dan dikelola sebagai kegiatan Tefa juga dipergunakan untuk membeli bahan, serta peralatan lain guna menunjang kegiatan pembelajaran dan produksi produk kembali.
Mesin CNC sudah terjual di beberapa SMK, seperti SMK Islam Krembung dan SMK YPM 7 Tarik Sidoarjo. (esy/jpnn)