Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Tingkatkan Kesejahteraan, Suku Kamoro Budayakan Kepiting

Rabu, 18 April 2018 – 21:16 WIB
Tingkatkan Kesejahteraan, Suku Kamoro Budayakan Kepiting - JPNN.COM
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengunjungi lokasi budidaya kepiting bukau di Mile 10, area PTFI, Kabupaten Mimika, Papua. Foto: Ist for JPNN.com

jpnn.com, MIMIKA - PT Freeport Indonesia mendorong suku Kamoro di wilayah Mimika, Papua untuk meningkatkan perekonomian melalui budidaya kepiting bakau.

Budidaya kepiting bakau dipilih mengingat ketersediaan bibit di alam terbuka yang cukup banyak dan selama ini belum diorganisir dengan baik.

Executive Vice President Sustainable Development PT Freeport Indonesia Sonny Prasetyo mengatakan, kerja sama ini dimulai bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mimika serta Yayasan Crab Ball Mangrove Indonesia pada 20 Maret 2018.

Program budidaya kepiting bakau di Jalan Tambang, Mile 10, area PTFI, Kabupaten Mimika, Papua. Acara tersebut dihadiri langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

"Komitmen membangun masyarakat didasari oleh pemikiran bahwa masyarakat harus dapat menikmati nilai manfaat keberadaan perusahaan sekaligus perlunya mendorong masyarakat untuk dapat lebih mandiri di masa mendatang,” kata Sonny dalam keterangan yang diterima, Rabu (18/4).

Dalam perannya sebagai pendamping pada program pemberdayaan tersebut, kata dia, PTFI akan mengarahkan pembentukan koperasi yang nantinya bisa melayani pengaturan kontrak jual beli dengan sejumlah pelaku pasar.

Menurut Sonny, dengan menerapkan budidaya kepiting bakau yang dikelola secara baik, diharapkan masyarakat suku Kamoro bisa memperoleh nilai manfaat yang lebih besar, hingga pada gilirannya meningkatkan kesejahteraannya.

Sonny mengharapkan, program ini bisa mengubah paradigma ekonomi suku Kamoro yang menganut konsep kehidupan sampan, sungai dan sagu (3S).

Budidaya kepiting bakau dipilih mengingat ketersediaan bibit di alam terbuka yang cukup banyak dan selama ini belum diorganisir dengan baik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News