Top 3 Kemenpar Jadi Tema Besar Rakor PT Pariwisata
jpnn.com, BANDUNG - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengerahkan semua sumber daya baik anggaran ataupun personalia guna mengejar quick win tiga prioritas utama kementerian yang dipimpinnya. Yakni Go Digital, Homestay Desa Wisata dan Air Connectivity.
Semua kedeputian di Kemenpar pun harus memiliki arah yang sama untuk mengejar program yang dijuluki Top 3 itu. Yaitu menomorsatukan program yang mempercepat, memperkuat dan mendukung tugas prioritas.
"Itulah tema besar Rakor Perguruan Tinggi Pariwisata se-Indonesia ke-III yang akan dilangsungkan di Hotel Mercure Bandung, Jawa Barat pada 13-15 Maret 2017," ujar Arief.
Melalui Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan, Kemenpar merangkul Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (HILDIKTIPARI). Kemenpar memang terus menggaungkan Indonesia Incorporated dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan akademisi sesuai dengan semangat sinergitas pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, media dan masyarakat.
Arief menambahkan, peran akademisi amat penting dalam mengembangkan SDM pariwisata. Menurutnya, peran pendidikan tinggi pariwisata saat ini dibutuhkan untuk menjadi mitra pemerintah untuk menindaklanjuti ASEAN Mutual Recognition Agreement (MRA) sebagai kesepakatan bersama tentang diterimanya standar kualifikasi bagi tenaga profesionalisme pariwisata di antara negara ASEAN.
Arief menegaskan, Presiden Joko Widodo telah menetapkan lima prioritas pembangunan nasional. Yaitu pangan, energi, maritim, kawasan industri dan KEK, serta pariwisata.
Dari kelima prioritas pembangunan ini, sektor pariwisata ditetapkan sebagai leading sector karena sebagai penyumbang produk domestik bruto (PDB) dan devisa yang besar serta menciptakan lapangan kerja yang paling mudah dan murah. Kontribusi devisa pariwisata terhadap penerimaan devisa nasional tahun 2015 sebesar USD 12,6 miliar atau mencapai 9,3 persen secara nasional dan menempati ranking keempat setelah minyak bumi dan gas (USD 18,9 miliar), batu bara (USD 16,4 miliar) dan kelapa sawit (USD 15,5 miliar).
“Namun demikian, hanya sektor pariwisata yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,8 persen sampai 6,9 persen atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan industri agrikultur, manufaktur, otomotif, dan pertambangan,” tuturnya.
Menteri asal Banyuwangi itu menambahkan, perkembangan kepariwisataan yang positif membutuhkan sinergi yang kuat dari lima pemangku kepentingan utama pariwisata yang terhimpun dalam sinergitas pentahelix. Hal itu diperlukan dalam rangka mewujudkan target nasional 2019, yakni mendatangkan 20 juta wisman dengan perolehan devisa sebesar Rp 280 triliun dan pergerakan 275 juta wisatawan nusantara (wisnus) di Tanah Air.