Top, Pengolahan Sampah Surabaya Bakal Selangkah Lebih Maju
jpnn.com, SURABAYA - Pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan sistem gasifikasi sangat ditunggu. Sebab, dalam sehari, sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo sudah mencapai 1.500 ton. Saat ini pembangunan PLTSa gasifikasi dikebut. Sejak awal tahun lalu, PT Sumber Organik (SO) yang mengelola TPA Benowo mendatangkan mesin-mesin gasifikasi dan menyiapkan gedungnya. "Progres alat dan pekerjaan sipilnya sudah sampai 70 persen," jelas Manajer Operasional PT SO Muhammad Ali Azhar kemarin (5/10).
Jika sudah beroperasi, TPA Benowo justru membutuhkan sampah dalam jumlah banyak. Sebab, dengan sistem gasifikasi itu, sampah-sampah bakal dipanaskan dalam tungku khusus. Gas yang dihasilkan dari proses pemanasan sampah tersebut bakal diolah hingga menjadi bahan bakar penggerak turbin.
Semakin banyak sampah yang dimasukkan ke pembangkit, daya listrik yang dihasilkan semakin tinggi. Ali menerangkan bahwa pembangkit mampu mengolah sampah apa pun hingga seribu ton per hari. Semakin kering sampahnya semakin baik. Pembakaran bisa lebih cepat.
Lalu, dikemanakan sampah basah dari rumah tangga dan pasar? Sampah-sampah tersebut bakal ditimbun terlebih dahulu hingga kadar airnya berkurang. Sampah-sampah yang sudah lama ditumpuk bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit.
Timbunan sampah yang baru ditutupi dengan terpal. PT SO bakal membuat saluran perpipaan di dalam tumpukan tersebut. Gas metana yang dihasilkan dari pembusukan dipanen untuk menghidupi PLTSa dengan sistem landfill yang sudah beroperasi.
Ali menerangkan, dua sistem pembangkit listrik tersebut akan saling melengkapi. Tidak ada sampah yang terbuang sia-sia. Namun, dari tingkat listrik yang dihasilkan, sistem gasifikasi lebih diandalkan. "Listrik yang dihasilkan mencapai 9 mw," katanya.
Sementara itu, sistem landfill yang sudah berjalan saat ini hanya menghasilkan listrik 1-2 mw. Listrik digunakan untuk mengoperasikan TPA Benowo. Sisanya dijual ke PLN dengan kisaran Rp 2 miliar per bulan.
Jika gasifikasi sudah berjalan, pendapatan bakal meningkat hingga lima kali lipat. Sampah yang menggunung lama-kelamaan berkurang karena digunakan untuk bahan bakar. Abu sisa pembakaran juga bakal diolah kembali menjadi paving.
Ali memperkirakan, pembangunan pembangkit bersistem gasifikasi tersebut tuntas pada pertengahan tahun depan. Itu sesuai dengan kontrak perjanjian dengan pemkot.
Ketua Komisi B Mazlan Mansyur mengacungi jempol sistem pengolahan sampah Surabaya tersebut. Dibandingkan dengan kota lain, penanganannya dianggap selangkah lebih maju. Namun, dia mempunyai catatan penting mengenai kerja sama dengan PT SO. "Setiap tahun pemkot menganggarkan sekitar Rp 90 miliar untuk tipping fee sampah. Miliar lho ini, bukan juta," jelas politikus PKB tersebut.
Komisi B sudah mengundang PT SO beberapa waktu lalu. Diketahui, listrik yang dihasilkan sudah dijual ke PLN. Komisi yang membidangi perekonomian tersebut bakal memanggil pihak PLN untuk mengkroscek nilai transaksi penjualan listrik PLTSa. Dia mengharapkan nilai tipping fee tidak naik setiap tahun. (sal/c7/ano)