Trump Gebuk Huawei, Tiongkok Hajar Petani AS
jpnn.com, BEIJING - Saat pembalasan itu tiba. Hari ini Tiongkok menerapkan tambahan tarif pada 5.410 produk asal AS yang masuk ke negara mereka. Total nilainya USD 60 miliar atau setara Rp 857,5 triliun. Besaran kenaikan mulai 5, 10, hingga 25 persen. Harga parfum, minuman keras, biji-bijian, produk kecantikan, piano, daging, buah, dan makanan beku bakal naik drastis.
Yang terpukul tentu bukan penduduk Tiongkok. Sebab, mereka punya banyak pilihan produk dari negara lain yang bisa dibeli. Minuman keras dengan kualitas yang sama baiknya bisa didapatkan dari Australia dan negara-negara Eropa. Sepanjang 14 bulan terakhir, Tiongkok sudah 4 kali menaikkan tarif minuman keras. Tahun lalu ekspor dari AS ke Tiongkok bahkan turun 25 persen.
"Penambahan tarif itu menjadikan kompetisi di pasar wine dunia menjadi kian sulit," ujar Presiden Wine Institute Robert Koch seperti dikutip BBC.
BACA JUGA: Tiongkok Setop Ekspor Bahan Baku Rudal, AS Dijamin Kelabakan
Selain produsen minuman beralkohol, Tiongkok sepertinya sengaja menyasar para petani dan peternak AS. Karena itulah, sebagian besar yang dikenai tarif adalah produk agrikultur. Dengan penambahan tarif itu, dipastikan konsumen Tiongkok bakal berpindah ke produk dalam negeri atau dari negara di luar AS.
Presiden AS Donald Trump beberapa hari lalu berjanji untuk memberikan dana bantuan kepada para petani. Besarnya USD 16 miliar atau setara Rp 228,6 triliun. Belum diketahui wujudnya berupa uang atau bantuan barang. Jika tak merealisasikan omongannya, bisa jadi Trump akan kehilangan dukungan dari para petani dan peternak di Pemilu 2020.
Trump tak kapok menggunakan perang tarif sebagai senjata. Kini dia menggunakan senjata yang sama terhadap Meksiko. Presiden AS ke-45 itu berencana memberlakukan tarif 5 persen pada semua produk yang berasal dari Meksiko mulai 10 Juni. Tarif itu akan naik berkala hingga 25 persen.
Alasan kenaikan tarif pada produk Tiongkok dan Meksiko berbeda. AS menaikkan tarif Tiongkok karena berang ada kesenjangan perdagangan yang besar antar-dua negara. Nah, untuk kasus Meksiko, alasannya adalah banyaknya imigran ilegal yang datang dari negara tersebut ke AS.