Tuding Jokowi Sudah Lumuri Tangannya dengan Eksekusi Mati
jpnn.com - JAKARTA – Mayoritas masyarakat memilih Joko Widodo sebagai Presiden pada pemilihan presiden Juli 2014 lalu, karena dinilai memiliki komitmen di bidang hak azasi manusia (HAM).
Hal inilah yang menjadi pembeda Jokowi dengan calon Presiden Prabowo Subianto yang terlanjur dicap sebagian kalangan melanggar HAM.
Namun rupanya Jokowi kata Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Masyarakat, Ricky Gunawan, seperti melupakan hal tersebut.
Baru menjabat selama 91 hari, dirinya telah melumuri tangannya dengan menolak grasi enam terpidana mati, yang kemudian dalam beberapa hari langsung melakukan eksekusi.
“Eksekusi mati itu kemunduran penegakan HAM era Jokowi. Bukti pengingkaran Jokowi terhadap HAM. Saya yakin dengan eksekusi enam terpidana ini, Jokowi nanti akan canggung ketika duduk semeja dengan Perdana Menteri Belanda dan Brazil. Apalagi ketika bicara penegakan HAM dan perdamaian,” cetusnya.
Pandangan senada juga dikemukakan pegiat HAM dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Azas Tigor Nainggolan. Menurutnya, Gereja Katolik Indonesia menyesalkan langkah pemerintah mengeksekusi enam terpidana mati. Alasannya, karena sejak lama KWI menolak hadirnya hukuman mati di Indonesia.
“Hidup itu bukan buatan manusia. Enggak ada satu orang pun berhak mengambil hak hidup orang lain, termasuk negara. Lebih lebih baik penerapan hukuman berat, jangan hukuman mati. Gereja Katolik minta hukuman mati dicabut,” katanya.
Sementara itu pegiat HAM dari Human Right Force, menyoroti kebijakan beberapa media televisi yang tidak memberi kesempatan pada kelompok pegiat HAM untuk berpendapat. Media tersebut, katanya, seakan berpihak pada pelaksanaan hukuman mati. (gir/jpnn)