Tuding Polis Diraja Malaysia Kurang Kooperatif
jpnn.com - TARAKAN - Kasus penggagalan penyelundupan sabu-sabu di Nunukan, Kalimantan Utara seberat 7,4 kilogram oleh aparat TNI beberapa waktu lalu semakin menguatkan bahwa peredaran narkoba di perbatasan bagian utara masih marak. Tentu dibalik ini masih banyak yang belum terungkap. Hal ini pun mendapat sorotan oleh Panglima Kodam VI/Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman.
Mayjen TNI Dicky saat berada di Tarakan mengatakan, bisnis narkoba di perbatasan sangat tertutup rapi. "Dan ini adalah tugas aparat TNI maupun Polri untuk memberantasnya," katanya.
Untuk itu dirinya berjanji, ke depan keamanan pertahanan di wilayah perbatasan akan semakin ditingkatkan. Hal ini agar dapat memproteksi wilayah kedaulatan perbatasan Indonesia dari intimidasi negara tetangga baik itu serangan secara militer, narkoba, dan lain sebagainya.
"Kedepan kita akan membangun dan meningkatkan pertahanan di perbatasan agar semakin kuat di wilayah perbatasan," terangnya.
Soal kasus sabu-sabu di Nunukan yang datang dari Tawau, Malaysia beberapa pekan lalu, Dicky menganggap Polis Diraja Malaysia (PDRM) tidak kooperatif. PDRM dinilai tidak ikut mengawasi area perbatasan Kalimantan yang memiliki banyak pintu masuk sehingga para bandar dari Malaysia mudah saja keluar masuk.
Untuk itu dirinya mengaku telah menegur Polisi Diraja Malaysia agar dapat bekerja sama dengan pihak Kepolisian Indonesia dan TNI Indonesia dalam mengamankan wilayah perbatasan. Menurutnya, Polis Diraja Malaysia kurang aksi dalam hal ini.
"Kami sudah membicarakan dengan kepolisian kita (Indonesia), kepolisian juga sudah protes ke Kepolisian Diraja Malaysia bahwa banyak sekali di Tawau para gembong narkoba menggelontorkan narkoba ke perbatasan. Ini bahaya untuk generasi muda. Dan ini harus di stop!" tegasnya.
"Jadi Polisi Diraja Malaysia berbuat, kita pun berbuat," tambahnya.