Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Tuding Sebarkan Paham Radikalisme, BNPT Didesak Cabut Pernyataan

Rabu, 10 Februari 2016 – 11:21 WIB
Tuding Sebarkan Paham Radikalisme, BNPT Didesak Cabut Pernyataan - JPNN.COM

jpnn.com - TANJUNG – Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Bayan di Dusun Telaga Bagek Desa Anyar, Kecamatan Bayan membantah adanya radikalisme di ponpes yang berdiri pada 1991 ini, seperti apa yang diindikasikan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI.

Menurut Pimpinan Ponpes Nurul Bayan KLU, TGH Abdul Karim Abdul Ghofur, ponpesnya tidak berbeda dengan ponpes kebanyakan. Kurikulum pendikannya pun tetap mengacu pada apa yang ditetapkan Kementerian Agama RI. Selain itu, juga mengadopsi pendidikan pesantren modern dan pesantren salafiah atau pendidikan pesantren kebanyakan di Indonesia.

“Makanya, sekarang kami mempersilakan BNPT mengecek langsung ke sini. Silakan lihat kegiatan kami, bila perlu menginap di sini, kami siap,” ujar Abdul Karim menanggapi tudingan BNPT RI, ketika Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Kesbangpol) KLU berkunjung ke Ponpes Nurul Bayan, minggu lalu.

Bila perlu, kata Karim, seluruh elemen terkait seperti kepolisian juga ikut mengecek langsung, karena memang tidak ada hal-hal yang bersifat radikalisme di Ponpes Nurul Bayan.

“Saya sendiri sudah membagikan (pemberitaan) tudingan BNPT ini ke grup alumni Gontor (Ponpes Modern Darussalam Gontor) dan mereka kaget, termasuk Menteri Agama pak Lukman yang mempertanyakan tudingan BNPT ini,” ujar Karim yang juga alumni Ponpes di Kabupaten Ponorogo Jawa Timur ini.

Menurutnya, banyak pihak yang kaget dengan tudingan BNPT ini, bahkan mantan Bupati Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Zulkifli Muhadli yang juga alumni Gontor menghubunginya. Mereka mengharapkan BNPT bisa mencabut pernyataan bahwa Ponpes Nurul Bayan terindikasi radikal.

“Indikator radikalisme itu apa? Di sini kami biasa-biasa saja, tidak ada senjata, kami mengajar juga dengan memakai dasi, masa ada teroris memakai dasi?” ujar pria yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KLU ini seperti dilansir Radar Lombok (Grup JPNN), Rabu (10/2).

Karim sendiri menduga, tudingan adanya indikasi radikalisme di Ponpes Nurul Bayan dikaitkan dengan kunjungan terpidana kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir pada 2009 ke Ponpes Nurul Bayan. Pada waktu itu, Ba'asyir yang juga alumni Gontor berkunjung ke Bima. Pada perjalanannya Ba'asyir berkeinginan ke KLU dan diberikan kesempatan berceramah di Tanjung dengan menghadirkan pejabat Pemerintah KLU dan juga Kapolres Lombok Barat.    

TANJUNG – Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Bayan di Dusun Telaga Bagek Desa Anyar, Kecamatan Bayan membantah adanya radikalisme di ponpes yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News