Turki Pernah 2 Kali Beri Peringatan Potensi Teror Paris, tapi Diabaikan
jpnn.com - ANTALYA - Serangkaian teror di pusat Kota Paris, Jumat (13/11) malam waktu setempat, sudah membuat dunia tersentak dan menyadari besarnya potensi maut yang diciptakan jaringan terorisme.
Turki mengklaim menjadi negara yang paling kaget dengan kejadian tersebut. Terlebih saat identitas pelaku pertama terungkap. Sebab, sekitar setahun yang lalu, Turki sudah pernah memperingatkan Prancis tentang Ismael Omar Mostefai. Bahkan, bukan hanya satu kali peringatan, melainkan dua kali. Yaitu, pada Desember 2014 dan Juni lalu.
''Kami telah memperingatkan mereka. Namun, kami tidak mendapat jawaban apa pun,'' ungkap seorang pejabat senior Turki.
Saat itu, menurut dia, Kepolisian Turki telah melayangkan dua kali peringatan tentang Ismael Omar Mostefai. Sebab, pria 29 tahun tersebut teridentifikasi masuk Syria pada akhir 2013. Diduga, dia menjalani pelatihan teror di kamp milik militan ISIS.
Kepolisian Turki melaporkan, Ismael Omar Mostefai masuk ke Turki dari Provinsi Edirne di wilayah barat laut Prancis. Selain dengan Turki, provinsi itu berbatasan langsung dengan dua negara anggota Uni Eropa (UE) yang lain. Yakni, Yunani dan Bulgaria. ''Tidak ada dokumen resmi yang menyebutkan dia telah meninggalkan negara kami,'' tuturnya.
Belakangan, diketahui bahwa Ismael Omar Mostefai menyeberang ke Syria. Saat itulah dia menerima pelatihan teror di kamp IS. Kabarnya, Ismael Omar Mostefai meninggalkan Syria dan pulang ke Prancis pada 2014. Ketika itu dia kembali terlibat dalam serangkaian aksi kejahatan. Hanya, kali ini kejahatan yang dia lakukan berbau keagamaan. Sebab, dia telah radikal.
Sepanjang 2004-2010, sebelum hijrah ke Syria, Ismael Omar Mostefai sebenarnya akrab dengan polisi. Sebab, lelaki asal Courcouronnes itu delapan kali melakukan tindak pidana ringan. Dalam kurun waktu enam tahun tersebut, dia tertangkap delapan kali. Namun, tidak ada satu pun yang lantas menjebloskannya ke penjara. Meski demikian, polisi Prancis melabelinya dengan julukan ekstremis.
Pemerintah Turki menyayangkan sikap pemerintah Prancis yang cuek. Padahal, saat itu Turki sudah menyematkan kata radikal ketika menuliskan nama Ismael Omar Mostefai. Kepolisian Turki bahkan menambahkan keterangan bahwa Ismael Omar Mostefai berpotensi menjadi teroris. Karena itu, pemerintah Prancis harus mewaspadai gerak gerik pemuda tersebut. ''Nihil,'' ujar pejabat tersebut tentang reaksi Prancis.