Turning Point Kota Solo dari Intoleran Menjadi Toleran
Oleh: Ilham BariziContohnya, Gibran menjadikan Taman Balaikota Surakarta sebagai lokasi penyelenggaraan berbagai kegiatan budaya, seperti konser musik, pertunjukan tarian tradisional, dan pameran seni.
Melalui acara-acara tersebut, masyarakat dapat mengapresiasi dan menghormati keragaman budaya yang ada di Surakarta.
Dalam dua tahun kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka, Solo mengalami transformasi luar biasa dari kota yang dulu dianggap intoleran menjadi salah satu kota paling toleran di Indonesia.
Melalui kebijakan-kebijakan progresifnya, Gibran berhasil menciptakan atmosfer inklusif dan keterbukaan terhadap perbedaan di tengah masyarakat Solo.
Keputusan Majelis Nichiren Shoshu Buddha Dharma Indonesia untuk menggelar kegiatan doa bersama di Solo, serta pengakuan dalam IKT 2022, menjadi bukti nyata bahwa Solo kini diterima sebagai kota yang ramah, toleran, dan berbudaya.
Perubahan ini bukan hanya menjadi upaya Gibran untuk memperbaiki Kota Solo, tetapi juga memberikan contoh inspiratif bagi kota-kota lain di Indonesia dan masyarakat global tentang pentingnya membangun toleransi dalam menghadapi perbedaan agama dan budaya.
Solo di bawah kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka telah membuktikan bahwa perubahan positif dapat terjadi, bahkan dalam konteks yang penuh tantangan seperti transformasi citra sebuah kota.
Gibran berusaha untuk menciptakan situasi inklusif Kota Solo yang menghargai keragaman dengan bersikap toleran dan menerima perbedaan.