Tutup IHSG, Jokowi Ajak Investor Hadapi Risiko sebagai Kans
jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menyebut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSA) 6.355,65 pada hari terakhir bursa 2017, Jumat (29/13) di luar perkiraannya. Sebab, awalnya banyak yang meragukan IHSG bisa tembus angka 6.000.
Berbicara pada penutupan IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) sore tadi, Jokowi -panggilan beken Presiden Joko Widodo- mengatakan, sebelumnya banyak yang memperkirakan perekonomian tanah air pada 2017 akan merosot. Pemicunya antara lain kenaikan suku bunga acuan oleh Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
Selain itu, ada faktor lain berupa stimulus fiskal besar-besaran oleh Presiden AS Donald Trump sehingga arus modal akan berbondong-bondong lari kembali ke Negeri Paman Sam.
Tak cukup sampai di situ, kekhawatiran akan merosotnya ekonomi Indonesia juga karena naiknya sentimen proteksionisme di seluruh dunia mengenai risiko akan terjadinya perang dagang. Apalagi di sejumlah negara di Eropa yang kuat secara perekonomian seperti Belanda, Prancis dan Jerman pada 2017 ini juga menggelar pemilihan umum dan tokoh-tokoh garis keras diperkirakan akan memenanginya.
Namun, lanjut Presiden Jokowi, yang terjadi justru sebaliknya. Misalnya. nilai tukar USD melemah sepanjang 2017, bahkan sudah kembali di bawah titik saat kemenangan Donald Trump pada Pemilu AS tahun lalu.
"Arus modal ke negara-negara berkembang termasuk ke Indonesia, mencapai sebuah rekor. Yang terpilih di Eropa malah pemimpin yang sudah ada terpilih kembali. Bahkan di Prancis, yang terpilih adalah tokoh reformis, Presiden Emmanuel Macron," kata Jokowi di hadapan para investor BEI.
Lebih lanjut Jokowi mengatakan, ekspor negara-negara berkembang, khususnya di Asia malah melonjak. Menurutnya, 2017 adalah tahun di mana laju pertumbuhan perdagangan dunia kembali di atas laju pertumbuhan ekonomi dunia.
"Ekspor Indonesia tahun ini naik double-digit sekitar 15-17 persen. Investasi internasional ke Indonesia tahun ini juga naik double-digit sekitar 13-14 persen. Sovereign rating Indonesia mendapat upgrade, bukan satu tapi dua (lembaga rating, red),” sebutnya.