Uang Kurang, Belum Lunasi Fee Pengacara
Rabu, 01 Juli 2009 – 09:58 WIB
Selama proses menncari keadilan, keluarga Hartono juga telah mengalami jalan berliku. Tak terhitung berapa kali dia dan keluarga yang berangkat memperoleh keterangan yang tidak rasional dan berliku baik dari aparat Singapura maupun pihak NTU.
Kakak David, William Widjaja, mengenang, ketika pertama mendapat berita kematian David dari staf NTU, datanya simpang siur. Ketika itu pada 2 Maret 2009 pukul 10.15 WIB keluarga mendapat informasi bahwa David jatuh dari lantai enam. Belakangan justru diralat dari lantai empat. Tak hanya itu, kata dia, pihak NTU sempat menghalang-halangi keluarga untuk bisa melihat jenazah David. "Bahkan, ketika malam itu kami sampai di Singapura, TKP sudah dibersihkan tanpa ada perwakilan keluarga dan KBRI yang seharusnya ikut mendokumentasikan TKP," tegasnya.
Hal lain yang cukup membekas di benak William adalah ketika melihat jenazah David pada 3 Maret lalu. Ketika itu jenazah dalam keadaan terbungkus plastik rapat dengan sejumlah bagian tubuh yang ditutupi plaster tiga lapis. Yang terjadi ketika itu juga ironis karena pihak keluarga sempat diintimidasi dan tidak diperbolehkan berlama-lama bersama jenazah. "Kami ditekan agar jenazah bisa segera dikremasi dan itu sungguh menusuk hati karena kami tak sempat memberikan penghormatan terakhir yang layak," kata pria 24 tahun itu.
Ibu David, Tjia Lie Khiun, mempertegas keterangan itu dan memastikan bahwa tuduhan bahwa David telah berusaha membunuh sang profesor sangat menyiksanya. Dia mengaku sempat sulit memejamkan mata hingga berhari-hari pada pekan pertama pasca kematian David. Dalam malam-malam itu Lie sering terbangun dengan tiba-tiba dan menangis karena mengenang sang putra.