Ugir, Mahasiswa Peternak Jangkrik, Omzet Rp 16 Juta per Bulan
Dari usahanya ini, meski masih berstatus mahasiswa, dirinya mampu mengisi pundi -pundi ekonominya sendiri. Meski masih berskala lokal, jangkrik hasil tangkarannya dipasarkan ke sejumlah kios burung di Purwokerto.
"Kebanyakan jangkrik itu digunakan untuk pakan burung, pakan ikan hias, umpan memancing, dan ada juga yang pesan untuk dijual lagi," katanya.
Ia membanderol harga 1 kg jangkrik sebesar Rp 45.000-Rp 50.000, sedangkan telur jangkrik dihargai lebih mahal lagi. "Untuk varietas jangkrik alas, harganya Rp 350.000-Rp 400.000 per kg, sedangkan harga varietas telur jangkrik kalung sebesar Rp 325.000 per kg," terangnya.
Dari usaha ini, ia bisa mendapat omzet Rp 3 hingga 4 juta per minggu. Itu belum termasuk dari penjualan telur jangkrik untuk pembibitan.
Kendati sukses menangguk omzet cukup besar, ia tidak lantas berpuas diri. Sukses Ugir tidak datang begitu saja.Tempaan pengalaman panjang ia alami di dunia bisnis. Pria ini sudah berkenalan dengan dunia bisnis.
Awalnya, ia menekuni usaha sebagai penghobi sekaligus menjual berbagai reptil. dari hobinya itu ia merambah ke biudidaya tikus putih. Namun lambat laun, penggemar reptil mulai surut hingga usahanya jeblok.
Dari pengalaman itu, minatnya terhadap dunia bisnis makin kuat. Seiring itu, cita-citanya menjadi seorang sosiolog pun mulai luntur. Baginya, menjadi seorang pengusaha lebih menarik ketimbang seorang sosiolog. Maka dari itu, Ugir sudah mantap menjadi pengusaha.
Ide bisnisnya ini didapat setelah ia melihat minimnya pasokan jangkrik di Purwokerto. Ia kerap mendengar keluhan para pedagang dan peternak burung tentang minimnya pasokan jangkrik untuk pakan burung mereka. "Saat itu, populasi jangkrik menurun," katanya.