Ujaran Kebencian Makin Gila, Bayi Baru Lahir Pun Jadi Target
jpnn.com, WINA - Baby Asel dianggap istimewa. Dia adalah bayi pertama di Wina, Austria, yang lahir pada 1 Januari 2018 pukul 00.47. Beberapa media lokal memberitakannya.
Bukannya ucapan selamat, justru lontaran ujaran kebencian yang didapat orang tua Asel. Mulai harapan agar keluarga tersebut dideportasi hingga agar Asel mati saja.
”Ini adalah dimensi baru dari kebencian di dunia maya. Yaitu, menyasar bayi baru lahir yang tidak berdosa,” ujar Klaus Schwertner dari lembaga amal Caritas di Wina.
Penyebab kebencian tersebut satu. Ibu Asel mengenakan jilbab yang menandakan bahwa dia seorang muslim. Xenophobia dan sentimen antimuslim di Austria dan negara-negara Eropa lainnya memang terus merangkak naik sejak arus pengungsi mengalir ke benua biru tersebut.
Sebagian besar pengungsi berasal Syria, Iraq, dan Afghanistan. Tingginya serangan militan Islamic State (IS) alias ISIS ikut memperkuat kebencian itu.
Peningkatan ujaran kebencian juga berbanding lurus dengan kasus kejahatan atas dasar kebencian. Mereka yang tidak puas hanya dengan mencaci secara online memilih melakukan penyerangan di dunia nyata.
Demi menangkal ujaran kebencian itu, United Nations Alliance of Civilizations (UNAOC) dan Uni Eropa (UE) menggelar simposium di Kairo 13 Desember lalu.
Simposium tersebut dihadiri berbagai perwakilan lembaga internasional, jurnalis, akademisi, dan berbagai tokoh lainnya.