Uji Coba Sukses, Dapat Order untuk Demo di Depan Presiden
Rabu, 31 Maret 2010 – 07:25 WIB
Satu bengkel lainnya, yang terletak di seberang bengkel tersebut, dijadikan lokasi pengecoran badan bom. Di bengkel yang berukuran lebih kecil itu, Ricky membuat selongsong bom dari besi nodular. Dia juga membuat fin (penyeimbang atau ekor) dari besi ST-37, suslug (cantelan) dari baja VCN 45, tabung isian, nose (bagian depan bom), dan pelontar.
Minggu (28/3), 14 staf khusus presiden datang berkunjung ke sana. Mereka melihat pembuatan bom yang bisa dipasang di jet tempur Sukhoi 27/30 dan pesawat standar NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) seperti F-5 tersebut. Mereka tertarik pada industri kecil yang bisa menopang kebutuhan alutsista (alat utama sistem persenjataan) dalam negeri itu.
"Terus terang, saya baru tahu kali ini. Pemerintah mestinya memberi perhatian, sehingga nanti bisa dikembangkan untuk industri pertahanan," ujar Purwatmojo, ketua rombongan staf khusus presiden bidang bantuan sosial dan bencana.Ada dua jenis bom yang dipabrikasi di bengkel sederhana tersebut. Yakni, bom latih P-100 biru dan bom P-100 L (life) hijau militer. Dimensi dua bom itu hampir sama. Panjangnya 1.100 milimeter (1,1 meter); berat 100?125 kilogram; dan diameter 273 milimeter. Panjang ekor (fin) sekitar 550 milimeter.