Unikama Membara, Saling Tembak Sampai Sobek Bendera
jpnn.com - MALANG - Dahsyatnya peristiwa 10 November di Surabaya dipentaskan dengan apik oleh mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama), Jawa Timur, Senin (10/11). Adegan tewasnya pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur, Jenderal Mallaby dan penyobekan Bendera Belanda di atas Hotel Yamato menjadi puncak perjuangan para mahasiswa yang berperan sebagai pejuang. Pekik merdeka dan lagu Sorak Sorak Bergembira pun menggema di halaman gedung rektorat Unikama yang disulap menjadi Hotel Oranye.
Adegan demi adegan seolah menguras emosi penonton. Seperti ketika para pejuang tak gentar menghadang peluru dan meriam yang ditembakkan penjajah. Warga yang panik sembari melemparkan sayur mayuran seperti kubis dan wortel membuat suasana makin menegangkan.
Sementara di sisi lain, pasukan penjajah dengan congkaknya mengendarai jeep terbuka sembari terus memberondongkan peluru. Adegan yang disaksikan oleh para pimpinan kampus itu membuat salah satu pejuang Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) yang juga salah satu pendiri Unikama, H Soenarto Djojodihardjo menitikkan air mata.
”Peristiwanya lebih dahsyat dari apa yang diperankan mahasiswa, tapi karena mereka sangat menjiwai peran ini sehingga saya teringat pada masa perjuangan dulu,” ungkap Soenarto.
Suasana halaman rektorat yang disulap menjadi medan pertempuran itu tak hanya menguras emosi penonton, tapi juga pemainnya. Seperti diungkapkan Ari Wibowo, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unikama. Ia yang melakoni peran sebagai pejuang rakyat juga terlihat emosional ketika rekannya menaiki tangga rektorat dan menyobek bendera merah-putih-biru yang berkibar di atasnya.
”Saya sangat emosional dan rasanya dada saya sesak karena gembira saat bendera Belanda bisa disobek, merdekaaaaa,” pekiknya.
Drama 10 November tersebut ditampilkan oleh mahasiswa, dosen dan karyawan Unikama setelah sebelumnya menggelar upacara bendera. Teater dimainkan oleh sekitar 234 mahasiswa dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Menurut Sutradara, Darmanto ”Dengkek”, persembahan tersebut sengaja disuguhkan untuk memperingati hari pahlawan. Walaupun menurutnya kisah yang disajikan bukan murni mengisahkan peristiwa berdarah di Surabaya. ”Latihan untuk pentas ini dilakukan sekitar satu minggu saja, dan saya bangga karena anak-anak bisa menjiwai peran mereka,” ujarnya.