Universitas Pertahanan Gelar Seminar Internasional 2018
Dari tema di atas, kata Amarulla, maka jumlah topik seminar ada 6 dengan komposisi pembahasan 12 dari perspektif Defense Studies dan 12 dari perspektif Defense Technologies sesuai basis pengembangan ilmu pertahanan.
Topik seminar hari pertama, Rabu, 11 Juli 2018 adalah: (1) Weapons of Mass Destruction (WMD): Global Diplomacy on Non-Proliferation of WMD; (2) Cracking Down Transnational Organized Crimes (TOC) in the ASEAN Region; dan, 3) Energy and Natural Resources: Promoting Sustainable Resources Development.
Sedangkan topik seminar hari kedua, Kamis, 12 Juli 2018 adalah; 1) Terrorism and Separatism Challenges; 2) Humanitarian Assistance and Disaster Relief – Sharing Best Practices and Strategies in Disaster Relief; dan, 3) Media and Information Warfare. Hasil seminar akan dirangkum ke dalam Proceeding terakreditasi nasional dan/atau bereputasi internasional sebagai masukan kepada pemerintah RI dan kontribusi untuk masyarakat dunia.
Lebih lanjut, Ketua IIDSS 2018 menjelaskan universitas pertahanan dari negara lain yang hadir dari Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru. Dari Thailand hadir sebagai universitas yang berafiliasi bidang pertahanan dan dari Viet Nam hadir sebagai lembaga pendidikan di bawah koordinasi Kemenhan Viet Nam (setingkat Lemhannas RI). Universitas dari seluruh Indonesia, sejumlah 24, seperti dari UI, ITB, IPB, UGM dll.
Total peserta seminar diikuti lebih dari 1.000 orang terdiri dari perwakilan seluruh kedutaan dan konsulat negara lain serta organisasi internasional yang bermarkas di Jakarta, seluruh Atase Pertahanan negara sahabat, seluruh kementerian dan lembaga yang terkait aspek pertahanan, Mabes TNI, Mabes ketiga Angkatan dan Mabes Polri.
“Semua lembaga pendidikan TNI, Polri dan Pusdiklat beberapa kementerian, serta beberapa lembaga think tank. Media massa dari dalam negeri dan luar negeri baik media cetak, media elektronik dan media online, termasuk VOA. BUMNIS yang hadir membuka 5 booth,” katanya.
Dosen Universitas Pertahanan Indonesia, Dr. Susaningtyas Kertopati (ketiga kiri) di sela-sela Seminar Internasional Unhan, Rabu (11/7).