Untuk Khofifah dan Bu Risma: Seorang PDP Corona Meninggal setelah Ditolak 2 RS
"Kemudian muncul gejala baru, selain badannya panas, juga napasnya sesak. Hari Rabu 27 Mei siang akhirnya saya membawanya ke dokter Wiyoto yang praktek di Jalan Manyar, tak jauh dari rumah," kata Sunarti.
Setelah diperiksa, oleh dokter Wiyoto diberi surat pengantar untuk ke RSUA.
Dalam surat pengantar itu disebutkan kalau pasien Slamet Budi Santoso terindikasi Covid-19 dengan tanda-tanda primer demam dan sesak napas.
"Maka saya segera menuju ke RSUA. Tapi di RSUA suami saya ditolak masuk IRD. Petugas IRD mengatakan RSUA sudah penuh pasien covid, jadi untuk sementara waktu tidak menerima pasien baru. Oleh petugas kemudian disarankan dibawa ke RS Haji Surabaya. Waktu itu kondisi suami saya semakin lemah, napasnya tersengal-sengal," kata Sunarti sambil sesenggukan.
Berharap suaminya bisa segera mendapat pertolongan, Sunarti segera membawa Slamet Budi Santoso ke RS Haji yang jarak dari rumahnya di Menur sebenarnya juga tidak terlalu jauh.
Sementara itu, kondisi suaminya benar-benar sangat mengkhawatirkan. Karenanya dia berharap segera sampai di rumah sakit, dan suaminya dapat segera ditolong.
Tapi harapannya itu sirna. Sekujur badan Sunarti terasa lemas. "Badan saya seperti limbung, ketika sampai di Rumah Sakit Haji, suami saya juga ditolak masuk dengan alasan yang sama, yaitu sudah tidak ada tempat," kata Sunarti.
Oleh petugas IRD RS Haji, Sunarti disarankan agar suaminya dibawa ke rumah sakit rujukan yang lebih dekat, yaitu RS Islam Jemur Sari atau RS Dr Soetomo.
Akhirnya diputuskan membawa Slamet Budi Santoso ke ke RS Dr Soetomo, dengan pertimbangan jaraknya lebih dekat dibanding ke RS Islam Jemur Sari. Waktu terus berjalan, menjelang malam.