Upacara Pembukaan PON 9 Jam
Dimeriahkan Ribuan Penari dan Artis KDIKamis, 03 Juli 2008 – 11:40 WIB
Setelah itu, pagelaran tari Pola Daya. Secara materi, tarian kolosal untuk pembukaan event akbar ini berbasis kearifan lokal (local genius), karakter dunia olahraga dan hal-hal sangat spesifik yang berkaitan dengan venues (tempat pertandingan) di Kaltim.
“Ketiga aspek itu dipandang sangat krusial untuk memberikan watak lokal dan warna ke-Indonesiaan pada PON kali ini di Kaltim,” kata Djaduk Ferianto, konsultan EO UPP dari Jogja.
Aspek kearifan lokal meliputi beberapa tarian. Seperti, Hudoq adalah salah satu tarian yang mengekspresikan para dewa dalam mitologi Kalimantan yang sangat dihormati. Tari Burung Enggang, ikan Pesut dan orangutan adalah ikon yang melekat pada keseharian dan kehidupan Kalimantan. Tari Telabang/Kancet Pepatay adalah kesenian khas Kalimantan. Tari Jepen dan tari Rudat, kesenian Bugis, kesenian Jawa adalah kesenian etnis di Indonesia yang selama ini berbaur di Kaltim yang kini sangat terbuka oleh subkultur semacam itu. Olahraga pencak silat, dalam hal ini adalah pencak seni. Lomba dayung di Sungai Mahakam dengan perahu berkepala naga, menggunakan tambur dan lainnya.
Untuk aspek karakter dunia olahraga meliputi, sportivitas, kekompakan, kedisiplinan, kompetitif, persahabatan, persaudaraan, prestasi dan target. Sedangkan, aspek lain yang dianggap spesifik berkaitan Kalimantan adalah membaurnya masyarakarat Melayu dan suku-suku lainnya sebagai warga asli Kaltim. Hutan dan sumber daya alamnya menjadi aset yang tak ternilai harganya.
Rancangan garapan pagelaran ini terdiri dari 4 segmen dengan durasi total sekira 32 menit. Dilengkapi multimedia yang terpampang di anjungan panggung (stage rig), dengan screen panjang 20 meter dan ketinggian 8 meter diletakkan di atas panggung. Anjungan panggung ini panjang 24 meter, lebar kedalaman 18 dan tinggi 12 meter. Multimedia ini di fungsikan untuk memberikan efek visual auditif dengan garapan animasi dan gambar-gambar features Kalimantan. Multimedia ini bisa berfungsi sebagai transisi adegan tari (bridging), juga bisa berfungsi memberikan tekanan pada dramatika koreografi tari.
Panggung ini sudah terpasang sejak pembukaan hingga penutupan PON. Menggunakan narasi untuk memberikan tekanan dramatik. Garapan musik ilustrasi dalam besutan play back (direkam). Melibatkan peraga/pemain dari masyarakat Kaltim dan seluruh potensinya didampingi para petaih tari dan pelaksana teknis dari Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Jogjakarta, kerja sama para koreografer Kaltim. Kerja sama ini juga diharapkan menjadi wahana pembinaan koreogafer lokal. (kri)