Upacara Penyerahan Kembali Lahan Kenbi Pasca 37 tahun
Anak laki-laki dan perempuan dari warga Aborigin yang pertama mengajukan klaim atas tanah Kenbi mengungkapkan perasaan ‘pahit’ menyaksikan impian nenek moyang mereka akhirnya menjadi kenyataan setelah menunggu selama 37 tahun.
Kasus sengketa tanah adat Kenbi yang dimulai sejak tahun 1979 telah menjadi subjek persidangan yang panjang, tiga kali ditinjau oleh Pengadilan Federal, dua kali banding di Pengadilan Tinggi dan banyak terjadi perpecahan di kalangan orang-orang Aborijin setempat sendiri yang saling berselisih mengenai siapa yang berhak atas klaim kepemilikan.
Klaim tanah Kenbi ini meliputi sebagian besar kawasan Cox Peninsula - 130 kilometer melalui jalan darat dan 10 kilometer dengan menggunakan kapal feri dari Darwin – telah menjadi kasus klaim tanah Aborijin terpanjang dalam sejarah Australia.
Hari ini, di salah satu sudut pantai dengan latar belakang pusat bisnis Kota Darwin, ratusan orang berkumpul dibawah tenda merah menyaksikan para pemilik lahan adat menerima dokumen simbolik yang terbuat dari kulit kayu oleh Perdana Menteri Malcolm Turnbull.
Jason Singh, pemilik tradisional di daerah tersebut, mengaku dirinya sedih lantaran ibunya tidak bisa menyaksikan acara penyerahan resmi ini.
"Ini merupakan hari besar bagi Kami ... akhirnya Kami harus menunggu lama untuk mendapatkan tanah Kami kembali.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Perdana Menteri Turnbull untuk berada bersama Kami di sini hari ini.
"Saya sangat senang setelah 37 tahun, Kita berhasil mendapatkan kembali tanah Kami. Saya sangat sedih bahwa ibu Kami tidak hadir di sini hari ini."
Mitra pemelihara Raelene Singh menyampaikan pendapat serupa.
"Seluruh nenek moyang Kami, ibu, ayah, kakek, yang mengajukan klaim ini... Mereka semua sudah meninggal. Sudah begitu lama mereka menunggu."
Upacara ini dimulai dengan acara mengheningkan cipta selama satu menit untuk menghormati Mereka yang telah meninggal sebelum sempat menyaksikan acara tersebut.
Suasana perayaan ini sempat terusik oleh protes dari salah seorang tetua Larrakia, Eric Fejo, yang marah karena dikecualikan dari klaim KENBI, yang mengecam Kepala Menteri NT Adam Giles.
Fejo, yang tubuhnya dipenuhi cat tradisional, mempersoalkan komentar yang dibuat oleh Giles pada Mei lalu, ketika Ia mengatakan pengembaran dari masyarakat terpencil yang suka mabuk dan menyebabkan masalah di Darwin harus "piss off(menjauh)".
"Adam! Kau tidak berhak untuk mengatakan penduduk negara ini untuk ‘piss off," teriak Fejo.
"Negara Kami adalah disini, Negara Larrakia!"
Fejo kemudian membuang selembar kertas yang melambangkan dokumen Kertas Putih 'Pembangunan Kawasan Utara’, sebuah cetak biru pembangunan ekonomi yang dirilis pada tahun 2015 yang memicu kritik dari Dewan Tanah Adat Utara karena diduga kurang dikonsultasikan dengan orang-orang Aborigin.
Sebelumnya, Turnbull mengatakan dirinya ingin "memberi ucapan selamat kepada para pemilik lahan adat atas ketekunan, ketahanan dan tekad mereka selama lebih dari 37 tahun ".
"Hari ini menandai hari bersejarah dalam penyelesaian salah satu klaim tanah yang paling kompleks dan berlarut-larut dalam sejarah UU Hak Tanah.
"Atas nama Pemerintah Persemakmuran dan semua warga Australia, Saya mengucapkan selamat kepada pemilik tradisional atas ketekunan mereka, ketahanan mereka, tekad mereka lebih dari 37 tahun untuk melihat klaim tanah Kenbi bisa diselesaikan."
Turnbull mengatakan Ia mengakui bahwa "perjalanan menuju penyelesaian klaim tanah ini telah menjadi salah satu yang panjang dan sulit".
"Setelah melalui semua ini, lebih dari 37 tahun, Anda dan keluarga Anda tidak pernah menyerah," katanya kepada penonton yang berkumpul di bawah tenda merah di dekat laut.
"Klaim tanah Kenbi adalah pertempuran hak atas tanah yang diperjuangkan dengan sengit, tapi proses ini mewakili lebih banyak hal lain bukan hanya sekedar perjuangan memperebutkan tanah."
Turnbull mengatakan klaim ini merupakan "sebuah kisah yang mencontohkan kelangsungan hidup dan ketahanan warga Australia pertama, kelangsungan hidup dan ketahanan rakyat Larrakia"
Anak laki-laki dan perempuan dari warga Aborigin yang pertama mengajukan klaim atas tanah Kenbi mengungkapkan perasaan ‘pahit’ menyaksikan impian
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News
- ABC Indonesia
Dunia Hari Ini: Etihad Batal Lepas Landas di Melbourne karena Gangguan Teknis
Senin, 06 Januari 2025 – 23:23 WIB - ABC Indonesia
Kabar Australia: Sejumlah Hal yang Berubah di Negeri Kangguru pada 2025
Jumat, 03 Januari 2025 – 23:56 WIB - ABC Indonesia
Dunia Hari Ini: Mantan Menhan Israel Mengundurkan Diri dari Parlemen
Kamis, 02 Januari 2025 – 23:29 WIB - ABC Indonesia
Dunia Hari Ini: Pemerintah Korea Selatan Perintahkan Periksa Semua Sistem Pesawat
Selasa, 31 Desember 2024 – 23:41 WIB
- Gosip
PSSI Pecat Shin Tae-yong, Ari Lasso Beri Sindiran Pedas, Begini Katanya
Selasa, 07 Januari 2025 – 16:16 WIB - Tokoh
Nunuk Suryani Terpilih Lagi jadi Dirjen GTK Kemendikdasmen, Guru PPPK & Honorer Bersukacita
Selasa, 07 Januari 2025 – 16:22 WIB - Humaniora
Prof. Zudan Jadi Kepala BKN, R2 Minta Dituntaskan di PPPK Tahap 1, Paruh Waktu Bolehlah
Selasa, 07 Januari 2025 – 19:32 WIB - Sport
Update Bursa Transfer Putaran Kedua Liga 1 2024-2025: Persija, Barito & Persis Bikin Kejutan
Selasa, 07 Januari 2025 – 17:43 WIB - Hukum
Aktivis Geruduk KPK, Minta Kasus Korupsi Jokowi dan Keluarganya Diusut
Selasa, 07 Januari 2025 – 16:04 WIB