Utang Indonesia Harus Dikurangi
jpnn.com - JAKARTA-Indonesia harus mampu mengambil pelajaran penting dari krisis keuangan yang melanda negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Situasi di Eropa saat ini tidak bisa dianggap enteng karena berpotensi menimbulkan krisis global yang lebih dahsyat dibanding pada 2008 lalu. “Kesimpulannya, sistem kapitalisme yang dikembangkan negara-negara barat telah menimbulkan ketidakseimbangan. Belanja negara lebih besar dibanding pendapatan, sehingga harus ditutup oleh utang. Pada akhirnya terjadilah krisis utang,” jelas Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa. Pelajaran yang harus dipetik, lanjutnya, adalah menjaga keseimbangan di dalam pertumbuhan.
Perkembangan ekonomi yang tinggi belum tentu merupakan sesuatu yang baik. Kekuatan pertumbuhan mesti diimbangi keseimbangan faktor-faktor pendorongnya. “Kalau pertumbuhan tinggi, tapi menimbulkan defisit yang besar, apalagi menimbulkan kesenjangan sosial dan ekonomi yang lebar di masyarakat, itu tidak baik,” kata Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini. Hatta menegaskan, kunci kesuksesan ekonomi adalah menjaga keseimbangan dalam segala aspek. Keseimbangan antara belanja dan pendapatan, jangan belanja lebih besar dari pada pendapatan. “Termasuk anggota masyarakat kita yang memiliki kartu kredit.
Jika pendapatan per bulan hanya Rp 1 juta, belanjanya jangan melebihi itu,” ujar Hatta. Menurut menteri yang baru saja menjadi besan Presiden SBY ini, APBN tidak boleh mengalami defisit tinggi dan dibiayai oleh utang. Bahkan, ke depan pemerintah harus kurangi utang. Dalam APBN 2012, jumlah pendapatan negara dan hibah sebesar Rp 1.310,56 triliun. Belanja negara ditetapkan sebesar Rp 1.435,406 triliun. Dengan demikian, ada defisit anggaran 2012 sebesar Rp 125,6 triliun atau 1,55 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Untuk menambal defisit ini, tentu saja pemerintah akan berhutang. Namun, pemerintah melalui Menteri Keuangan Agus Martowardojo buru-buru mengatakan bahwa defisit APBN 2012 akan diturunkan dari rencana semula Rp 125,6 triliun (1,55 persen) menjadi sekitar Rp 124 triliun (1,53 persen). Penurunan defisit ditopang oleh dana dana optimalisasi sebesar Rp 11,6 triliun dari hasil menggenjot penerimaan dan penghematan bunga utang. Pengurangan defisit ini dilakukan sebagai upaya antisipasi pemerintah terhadap ketidakpastian kondisi ekonomi global akibat krisis fiskal dan krisis utang Eropa dan Amerika Serikat.
Walaupun negaranegara di dunia menilai Indonesia sebagai salah satu negara yang baik mengelola fiskal dan moneternya, tapi pemerintah tidak boleh lengah. Kewaspadaan harus tetap dijaga. “Karena bagaimana pun juga, dalam sistem ekonomi global yang sudah terintegrasi seperti ini, adanya satu persoalan pada belahan dunia Eropa dan Amerika akan menimbulkan dampak terjadap kita,” ujar Hatta. Pria berambut perak ini menjelaskan, bukan berarti utang itu tidak baik. Utang itu penting apabila digunakan secara tepat.
Karena dia juga akan mendorong pertumbuhan. Yang tidak diinginkan adalah ketika APBN mengalami defisit yang harus dibiayai oleh utang, tetapi belanjanya tidak mencapai sasaran. “Anggaran yang dibiayai oleh utang itu menimbulkan cost of money. Ketika belanja tidak mencapai target, maka itu akan menjadi beban. Jadi, membenahi belanja anggaran negara menjadi sangat penting,” kata Hatta. Dengan kata lain, lanjutnya, apa yang telah direncanakan dalam APBN harus dijalankan secara tepat. Keterlambatan dalam menyerap anggaran APBN yang masih saja terjadi harus terus diperbaiki. “Terutama belanja modal seperti pembangunan infrastruktur yang dibiayai oleh APBN. Itu harus tepat sasaran dan tepat waktu,” pinta Hatta. (dri)