Vatikan Sebar 1000 Misionaris Pengampunan
jpnn.com - VATICAN CITY – Paus Fransiskus menetapkan 2016 sebagai Tahun Kudus untuk Pengampunan. Bapa suci umat Katolik itu bahkan membentuk misionaris khusus yang boleh mendengarkan pengakuan dosa berat. Selasa waktu setempat (9/2), dia mengutus lebih dari 1.000 pastor dari misionaris pengampunan ke seluruh dunia.
Selama ini, dalam aturan gereja Katolik, hanya para petinggi gereja atau paus sendiri yang boleh mendengarkan pengakuan dosa berat. Namun, kini para pastor yang disebar ke seluruh dunia itu juga boleh mendengarkan pengakuan dosa berat. ’’Terkait tahun perayaan khusus Vatikan, para pastor berjuluk super-confessors itu punya hak dan wewenang untuk mendengarkan pengakuan dosa berat dari umat,’’ terang Vatikan dalam pernyataan tertulisnya.
Di iman Katolik, dosa berat adalah pelanggaran atau perbuatan jahat yang menodai cinta kasih Allah kepada manusia. Misalnya membunuh.
Dalam hal pengakuan dosa, posisi para super-confessors setara dengan uskup, kardinal, dan paus. Tapi, mandat khusus tersebut akan berakhir pada November mendatang. Para pastor itu, menurut Vatikan, terpilih di antaranya ribuan pastor yang lain untuk mengemban mandat khusus dari paus.
’’Mereka mewakili seluruh keuskupan yang ada di dunia dan akan bertugas hingga ke Burundi, Tiongkok, Mesir, dan Uni Emirat Arab,’’ urai Vatikan.
Bahkan, ada salah seorang pastor yang akan bertugas di wilayah Arktik, Kanada, untuk melayani suku Inuit. ’’Penyesalan harus kita terima dengan tangan terbuka, bukan malah dengan hinaan,’’ tandas paus saat melepas para pastor tersebut di Apostolic Palace.
Dia berpesan kepada para pastor itu supaya tetap mengutamakan ajaran cinta kasih. Dengan demikian, gereja bisa kembali merangkul orang-orang yang telah meninggalkan persekutuan umat Katolik.
Dengan mencanangkan Tahun Kudus untuk Pengampunan, paus berharap umat yang menjauh dari gereja bisa kembali. Sebab, dia yakin orang-orang Katolik yang meninggalkan gereja atau menjauh dari persekutuan selalu punya kerinduan untuk kembali. ’’Gereja Katolik tidak boleh kaku dan mudah menghakimi,’’ tegas rohaniwan asal Argentina tersebut.