Waduh! Es Batu pun Diberi Formalin
Berdasar temuan itu, Heru akan melakukan beberapa langkah antisipatif. Yaitu, mengecek ikan-ikan yang masuk ke pelabuhan. Apabila ada es batu di sana, petugas akan melakukan pengecekan formalin. ’’Lebih mudah lagi kalau nelayan tahu tempat pembuatan es baloknya di mana karena es balok ini sulit dilacak siapa pembuatnya,’’ tuturnya.
Ketika ditanya tentang es batu berformalin, pedagang ikan di Pabean mengaku tidak mengetahuinya. Mereka biasanya membeli es balok dari koperasi di pasar. ’’Kalau pakai es, ikannya bisa awet empat hari. Kalau tidak, ya dua hari saja sudah busuk,’’ ujar Sukiman, salah seorang penjual ikan.
Sementara itu, petugas Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Surabaya bertindak cepat dengan mengamankan produk yang positif mengandung bahan berbahaya. ’’Ada yang langsung dimusnahkan dan ada pula yang diambil petugas,” terang Kepala BBPOM di Surabaya I Gusti Ngurah Bagus Kusuma Dewa.
Dia berharap masyarakat jeli memilih bahan makanan yang aman untuk dikonsumsi. Misalnya, ikan segar. Ciri ikan segar yang baik adalah bentuknya tidak lunak, matanya jernih, dan insangnya masih merah. ”Ikan yang tidak dihinggapi lalat sama sekali malah berbahaya. Karena bisa jadi mengandung formalin,” kata Bagus.
Formalin biasanya juga terdapat dalam tahu dan mi basah. Untuk mi, cirinya tidak lengket dan lebih mengkilat. Sementara itu, tahu berformalin tidak mudah hancur. ”Formalin digunakan agar makanan awet. Biasanya, lebih dari satu hari,” ucapnya. Bahaya formalin adalah bisa merusak organ dalam, kanker, bahkan mengakibatkan kematian.
Selain formalin, bahan kimia lain yang sering digunakan adalah boraks. Biasanya, boraks dicampur dalam mi basah, bakso, lontong, cilok, otak-otak, dan rambak. Tujuannya, makanan menjadi kenyal dan kerupuk lebih renyah. ”Bahayanya boraks sama dengan formalin. Bisa menyebabkan kematian,” bebernya. (ant/lyn/c6/ai)