Wahyu, 11 Tahun Terbaring dengan Batok Kepala Membelah
Sejak gejala penyakit itu terdeteksi, keluarga sudah diingatkan untuk segera melakukan operasi. Namun karena terbentur faktor ekonomi, usaha pertama untuk mencegah pembesaran di kepala Wahyu dilewatkan begitu saja.
Baru pada tahun 2005, ketika Wahyu menginjak usia 3 tahun operasi pertama dilakukan. Operasi pertama itu pun tidak mudah. Sebab, Wahyu pernah ditolak salah satu rumah sakit pemerintah di Kota Padang lantaran kartu sehatnya saat itu belum berlaku.
"2005 dibawa lagi, usia 3 tahun, baru kartunya berlaku dan operasi pertama. Biaya dari pemerintah, Bupati ngasih bantuan. Biaya RS pakai Askes," ujar Tursina Dewi.
Saat operasi pertama, di bagian leher Wahyu ditanam selang untuk membuang cairan dari kepala yang bisa bertahan hingga 6 tahun. Menurut tim dokter yang menanganinya, operasi setidaknya dilakukan 3 kali, yang kedua seharusnya April 2014 lalu.
Tapi karena pertumbuhan berat badan lambat, hanya 11 kg, operasi terpaksa ditunda sampai berat badannya mencukupi.
Keluarga Solyadi tinggal di sebuah rumah sederhana di Simpang Batuhampar Manggopoh (Batham), Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Di rumah itu, selain perabotan sederhana juga terdapat sebuah mesin jahit konvensional. Oleh Tursina Dewi, mesin itu digunakannya untuk menyelesaikan pesanan jahitan baju dari warga di kampungnya. Pekerjaan itu dia lakukan untuk membantu ekonomi keluarga. Sedangkan suaminya, sehari-hari bekerja serabutan.
Ditanya biaya operasi kedua Wahyu nanti, Tursina Dewi sejenak terdiam. "Belum tahu, biasanya buat proposal dulu ke pemerintah, dinas sosial. Kalau dapat dana baru berangkat," jawabnya datar.