Wajar Banyak yang Tidak Percaya Sandi Ditolak di Pasar
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Direktur Direktorat Kominfo Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan calon presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ari Junaedi angkat bicara terkait munculnya spanduk menolak kehadiran calon wakil presiden Sandiaga Salahudin Uno, saat berkunjung ke Pasar Kota Pinang, Labuhanbatu, Sumatera Utara, Selasa (11/12) lalu.
Menurut Ari, meski materi dalam spanduk menolak kehadiran Sandi, tapi wajar jika kemudian muncul kecurigaan spanduk tersebut sengaja dibuat pihak tertentu untuk menguntungkan korban.
Pasalnya, Sandi digambarkan berhasil menemui orang yang disebut sebagai pemasang spanduk. Bahkan berkomunikasi dan merangkul orang tersebut. Padahal, dari semua peristiwa pemasangan spanduk bernada miring, nyaris sulit ditemukan pelakunya.
"Jadi, muncul kesan dari peristiwa itu ingin digambarkan sosok Sandi cukup piawai memanfaatkan munculnya spanduk yang menolak kehadirannya. Jadi, wajar dicurigai banyak kalangan," ujar Ari kepada JPNN, Senin (17/12).
Lebih lanjut pria yang juga dikenal sebagai pengamat komunikasi politik ini mengatakan, dalam kontestasi politik segala kemungkinan dapat terjadi. Termasuk memainkan peran playing victim alias menempatkan kubu sendiri sebagai pihak yang menjadi korban.
Namun, alangkah baiknya pola-pola tersebut tidak dipraktikkan di Pilpres 2019. Karena semakin sering dipraktikkan, masyarakat pada akhirnya tidak akan percaya.
"Dari kacamata praktisi komunikasi politik, momentum memang bisa dikreasikan sedemikian rupa untuk benefit kontestan. Jadi saya tidak heran dan aneh dengan kemunculan #SandiwaraUno, tapi juga tidak asing dengan gaya Sandi," kata Ari.
Sebelumnya, sebuah poster dari karton dengan tulisan meminta Sandi pulang ke Jakarta terpajang di salah tenda pasar, saat Sandi berkunjung ke Pasar Kota Pinang, Labuhanbatu, Sumut, Selasa (11/12) lalu.