Wak Ong, Jalan Panjang di Kesunyian
Melawan untuk Kebenaran"Sehari-hari dia jual ayam potong. Sederhana. Tak ada yang dipusingkannya. Sepanjang ini hidupnya hanya untuk tersenyum dan memerangi narkoba," lanjut Mak Etek. Sungguhpun Wak Ong berjalan di kesunyian, namun ternyata jalan itu tak benar-benar sunyi.
"Kita ngomong begini, nggak dengar dia itu. Kita maki atau puji, dia tetap tersenyum dan ketawa. Karena itu kami sayang padanya," kata Mak Etek.
Sayang itu menjadi-jadi, tatkala Wak Ong memproklamirkan diri sebagai penentang peredaran narkoba di lingkungannya.
"Dia korbankan uangnya sendiri demi membiayai perjuangannya. Dia cetak kaos kampanye anti narkoba. Dia buat spanduk dan karangan bunga yang berisi ajakan untuk meninggalkan narkoba," sambung Mak Etek dengan nada lemah.
"Tak pernah saya temui ada orang bodoh seperti ini. Yang mengorbankan keselamatannya sendiri, menghabiskan uangnya sendiri demi melawan narkoba," lanjut Mak Etek.
Maka sayang warga pun bertambah-tambah. Demikian pula Badan Kenaziran Mesjid Amal. Jamaah mesjid siap menjadi pagar hidup bagi Wak Ong.
"Wak Ong sudah membuat kami bangun. Sudah waktunya kami berdiri bersamanya. Mengawal kebersihan kampung kami. Wak Ong tak sendirian, dia punya kami. Kami akan melindunginya. Jihad melawan narkoba!" seru Mak Etek.
Kelahiran Wak Ong