Wakil Ketua MPR: Tokoh Islam Menjaga Indonesia Tak Pecah
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan bukan perkara mudah mengurus negara yang baru merdeka. Dia mengungkap hal tersebut saat Sosialisasi Empat Pilar kepada ratusan warga Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, di Aula Mitra Nusantara, Pasar Minggu, Jakarta (30/9).
Dia mencontohkan negara Palestina dan Kosovo meski sudah menyatakan kemerdekaannya namun masih ada negara yang tidak mengakuinya. Untuk itu para tokoh-tokoh Islam rela menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta.
"Para tokoh Islam memahami betul sehingga Proklamasi 17 Agustus 1945 perlu dijaga," ujarnya. "Tokoh Islam menerima penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta agar Indonesia tetap bersatu," tambahnya.
Belajar dari sejarah tersebut, Hidayat Nur Wahid menegaskan bila bangsa ini membaca sejarah maka tak akan menjadikan umat Islam sebagai pelengkap penderita. "Tanpa peran umat Islam tak akan ada Pancasila dan NKRI," paparnya.
Sebagai mayoritas penduduk Indonesia, menurut Hidayat Nur Wahid, Soekarno paham betul kondisi ini sehingga dalam pidato pada 1 Juni 1945, Soekarno mengatakan di dadanya ada Islam. Tak heran bila Soekarno tak mempermasalahkan Piagam Jakarta namun karena ada lobby Mohammad Hatta kepada tokoh-tokoh Islam maka tujuh kata tersebut dihapus.
Peran tokoh Islam dalam kebangsaan tak hanya itu. Ketika bangsa ini berbentuk Republik Indonesia Serikat, bentuk yang tak sesuai dengan cita-cita proklamasi itu ditolak oleh tokoh dari partai Islam Masyumi, Mohammad Natsir. "Dengan mosi integral Mohammad Natsir, Indonesia berbentuk kembali menjadi NKRI," paparnya.
Hidayat Nur Wahid dalam kesempatan itu mengajak ummat Islam untuk tak terombang ambing sehingga tak produktif. Diharapkan ummat Islam jangan sedikit-dikit membi'dah dan mengkufurkan pihak lain. "Kalau ummat Islam hanya membicarakan soal bid'ah, lalu siapa yang akan mengurus Indonesia?" Tanyanya.
Kalau ummat Islam antipati kepada negara Indonesia karena dianggap bid'ah, hal demikian akan membuat ummat Islam menjadi tak bersemangat dalam mengisi Indonesia. "Kalau ummat Islam tak mengisi Indonesia maka peran itu akan diambil oleh pihak lain," ungkapnya.