Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Wapres Filipina: Duterte Gagal Memberantas Narkoba

Jumat, 25 Oktober 2019 – 19:19 WIB
Wapres Filipina: Duterte Gagal Memberantas Narkoba - JPNN.COM
Wakil Presiden Filipina Leni Robredo. Foto: Picture Alliance

jpnn.com, MANILA - Perang melawan narkoba Presiden Filipina Rodrigo Duterte sudah lama dikritik pegiat HAM dan lembaga-lembaga internasional karena brutalnya metode yang digunakan. Namun, kali ini kritik datang dari dalam pemrintahan sang presiden sendiri.

Wakil Presiden Leni Robredo menilai program pemberantasan narkoba Duterte telah terbukti gagal. Meski sudah ribuan terduga bandar dan pengguna tewas di tangan polisi, peredaran narkoba tak menunjukkan tanda-tanda berkurang.

"Kita harus mulai mempertanyakan, kenapa ini (perang melawan narkoba) masih berjalan? Presiden telah membuktikan ancaman serius kepada sindikat narkoba, tetapi peredarannya masih sangat besar. Jadi seharusnya sudah jelas, ini tidak berhasil," ujar Robredo kepada Reuters, Rabu (23/10).

Robredo menyoroti banyaknya korban jiwa dari masyarakat kelas bawah. Sementara para elite sindikat sampai sekarang belum tersentuh.

Retorika keras Duterte dan sikap permisifnya terhadap metode brutal polisi menimbulkan masalah baru. Aparat seakan mendapat pembenaran untuk menyalahgunakan kewenangan terhadap masyarakat kelas bawah.

"Kami sudah sering melihat polisi menyalahgunakan kekuasaan tetapi tidak dihukum, ini dapat mengundang kecaman internasional. Nyawa rakyat kami dalam bahaya, harga diri bangsa juga terancam. Saya berharap pemerintah mau membereskan kekacauan ini," ujar dia.

Lebih dari tujuh ribu orang tewas ditangan polisi sejak Duterte meluncurkan perang melawan narkobanya pada 2016. Polisi selama ini menyangkal tuduhan penggunaan kekerasan berlebihan. Mereka mengklaim ribuan orang itu melawan saat hendak ditahan. (reuters/dil/jpnn)

Perang melawan narkoba Presiden Filipina Rodrigo Duterte sudah lama dikritik pegiat HAM dan lembaga-lembaga internasional karena brutalnya metode yang digunakan.

Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Reuters

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News