Wapres Hingga MUI Dukung Rencana Program Magrib Mengaji di Sumbawa
Hal senada juga disampaikan Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Kiai Cholil Nafis. “Saya kira itu program yang baik dan patut didukung, mengaji setelah maghrib sampai Isya itu memang budaya dan tradisi yang harus dilestarikan, kalau yang sudah bisa baca ya baca Alquran, kalau belum bisa baca, ya murojaahnya, atau mengulang,” ujarnya saat dihubungi Selasa (27/10).
Cholil menerangkan, penerapan progam itu juga harus disesuaikan kondisi masyarakat di masing-masing daerah.
“Tentunya program ini hanya berlaku untuk keluarga muslim. Memang sangat baik kita lestarikan setiap magrib itu semua kembali ke rumah, atau bisa juga mengaji di langgar (musala) atau masjid terdekat,” tuturnya.
Selain itu, kata dia, perlu ada pengaturan juga waktu mengaji dan waktu belajar di sekolah. Selama pandemi Covid, kata Cholil, mungkin kegiatan lebih banyak dilakukan di rumah, namun setelah pandemi bisa saja kegiatan Kembali dilakukan di rumah ibadah.
“Nanti mungkin ada perubahan setelah pandemi, kepala daerah juga perlu aktif menghidupkan kembali kegiatan di masjid-masjid dan musala,” ujarnya.
Sebelumnya, Pasangan Jarot-Mokhlis berniat menjadikan anak dan pemuda sebagai sasaran program “magrib mengaji”.
Mokhlis mengatakan, saat dia menjadi Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip di Provinsi NTB dirinya banyak bersentuhan dengan budayawan.
Mokhlis menilai ‘magrib mengaji’ bisa menciptakan generasi muda berilmu agama yang kuat sebagai dasar ketahanan keluarga dari berbagai hal negatif.
“Termasuk peredaran narkoba yang sangat meresahkan,” ujarnya dalam acara diskusi publik ‘Meneropong Arah Baru Sumbawa 2020 Jilid III’ yang digelar Forum Mahasiswa Hukum Samawa Fakultas Hukum Universitas Mataram peka lalu. (cuy/jpnn)