Warga Berteriak di Pemakaman Mayang Prasetyo, Ada Apa?
jpnn.com - BANDARLAMPUNG - Kehikmatan pemakaman Mayang Prasetyo, transgender yang menjadi korban pembunuhan oleh pasangan sejenisnya, Markus Pieter Volke di apartemennya, Brisbane Australia sedikit terganggu. Teriakan salah seorang warga memecah keheningan saat peti mayat Mayang alias Febri Andriansyah diturunkan ke liang lahat di Kelurahan Sukamenanti Baru, Kecamatan Kedaton, Bandarlampung, Sabtu (1/11) sekitar pukul 11.00 WIB.
Teriakan itu dipicu oleh salah seorang keluarga yang terpeleset saat hendak keluar dari liang kubur. Insiden itu pun membuat posisi peti Mayat sedikit miring.
Liang kubur yang dipersiapkan Mayang memang sedikit licin. Radar Lampung (Grup JPNN.com) melaporkan sehari sebelum jenazah tiba, beberapa warga disibukkan menguras air yang memenuhi liang lahat.
"Ini liang sudah digali sekitar dua minggu lalu pak. Kemarin kan hujan tu, jadi ada airnya ya kita kuras dulu," ujar pria paruh baya itu.
Linangan air mata tak terbendung dari Nining Sukarni, ibu Mayang saat menyaksikan peti mayat anaknya tiba. Begitupun saat Mayang disemayamkan di Branti. Selama menunggu, Nining hanya bisa tertunduk sembari sesekali mengusapkan airmata yang terus menetes.
Setelah disalatkan di Masjid Taufiqurrahman, jenazah langsung dibawa ke TPU Giriloyo Kelurahan Sukamenanti yang berletak sekitar satu kilo meter dari rumah duka. Sekitar dua saf jamaah yang menyalatkan. Salat jenazah Mayang diperlakukan sebagai muslim. [Baca: Mayat Mayang Prasetyo Disalatkan sebagai Muslim]
(abd/awa/jpnn)