Warga Tak Punya KTP, Kumpul Kebo pun Biasa
Senin, 01 Maret 2010 – 03:43 WIB
Sehari-hari, Ricardo mengelola sekolah informal untuk anak-anak warga di situ. Sekolah itu menjadi satu dengan rumahnya.
"Beginilah pendidikan di sini. Anak-anak warga sini yang masih kecil atau tak mampu sekolahnya ya di sini," ujarnya sambil menunjuk beberapa buku pelajaran membaca dan menulis di dua rak yang ada di ruang depan. Sekolah tersebut, kata Ricardo, adalah pendidikan anak usia dini (PAUD). Muridnya berumur di bawah empat tahun. Di sana juga ditampung anak-anak yang berhenti dari sekolahnya karena tidak mampu membayar SPP.
"Kampung di sini memang aneh. Di sini tak ada RT, RW, dan seterusnya. Akibatnya, kami juga tak punya KTP, tak punya kartu keluarga, dan hampir semua anak di sini tak punya akte kelahiran," jelas pria asal Medan itu. Dia menceritakan, identitas kependudukan di Kampung Beting ditarik pemerintah setempat pada 1990.