Warga Waswas Oplosan Daging Celeng
jpnn.com - JEMBER - Banyak konsumen yang tidak mengetahui bahwa daging sapi yang mereka beli di kios Supal di Pasar Umbulsari, Jember, ternyata dioplos atau dicampur dengan daging celeng atau babi hutan. Selain masyarakat biasa, para pembelinya adalah pedagang bakso dan cilok (pentol berukuran kecil, Red).
Setelah Supal dan Nurhasan, dua pedagang di kios daging Pasar Umbulsari, ditangkap polisi, warga setempat mulai waswas. Menurut Raki, warga di sekitar Pasar Umbulsari, selama ini kios daging milik Supal selalu ramai didatangi pembeli. ''Kiosnya buka pukul lima atau enam pagi, lalu pukul delapan dagangannya habis,'' ujarnya kemarin (25/10).
Selain harganya yang relatif murah, kata dia, Supal adalah satu-satunya penjual daging sapi di Pasar Umbulsari. ''Di pasar sini, hanya dia yang menjual daging sapi. Ada seorang haji yang menjual daging sapi, tetapi kiosnya berlokasi di utara pasar,'' tutur Raki.
Sepintas, daging sapi dan daging celeng sulit dibedakan orang awam. Tetapi, daging celeng biasanya berwarna lebih gelap. Serat daging celeng juga lebih besar daripada daging sapi.
Supal dan Nurhasan diringkus anggota Resmob Polres Jember di Pasar Desa/Kecamatan Umbulsari pada Kamis pagi (23/10). Nurhasan, 38, tinggal di Dusun Racekan, Desa Pringgowirawan, Sumberbaru. Supal, 45, yang memiliki kios di pasar tercatat sebagai warga Dusun Sumberejo, Desa/Kecamatan Umbulsari. Dua pelaku selama ini berbagi peran. Supal merupakan pedagang daging dan pemilik kios di pasar, sedangkan Nurhasan menjadi pemasok Supal.
Kasus tersebut terungkap saat seorang warga menggelar hajatan. Saat itu si pemilik hajatan membeli daging sapi ke kios Supal. Setelah dimasak, daging yang berisi sebutir peluru itu tanpa disengaja dimakan warga. Peluru tersebut diduga berasal dari senapan yang dipakai untuk berburu celeng.
Kabar itu pun menghebohkan warga dan tercium anggota resmob. Polisi menyelidiki dan akhirnya menangkap dua pelaku. Supal dan Nurhasan tidak dapat berkelit dan mengakui semua perbuatan mereka. ''Dua pelaku kami tangkap saat menjual daging sapi yang dicampur daging celeng di kiosnya,'' kata Aiptu H Gunawan, anggota resmob.
Selain mengamankan dua pelaku, polisi menyita sejumlah barang bukti. Di antaranya, 3 kg daging yang terdiri atas 2 kg daging sapi dan 1 kg daging celeng. Petugas juga menyita dua pisau, sebuah kapak, dan timbangan duduk.
Berdasar pengakuan pelaku, bisnis tersebut dijalani selama tiga bulan. ''Saya selama ini bekerja sama dengan Nurhasan,'' kata Supal. Dia mengaku, semua daging sapi dan daging celeng yang dijual dipasok Nurhasan. ''Yang menyiapkan daging untuk dijual semuanya Nurhasan,'' ujarnya.
Sementara itu, Nurhasan menyatakan, selama ini daging dijual di kios Supal Rp 85 ribu per kg. Harga tersebut tergolong murah karena biasanya daging sapi dijual Rp 95 ribu hingga di atas Rp 100 ribu per kg. Dia mengaku, daging celeng dibeli dari seseorang Rp 55 ribu per kg.
Nurhasan menyebut penjual daging celeng itu berinisial And. ''Saya hanya kenal di jalan, tetapi saya tidak tahu rumahnya di mana,'' ucapnya.
Transaksi jual beli daging celeng dengan And, ungkap Nurhasan, dilakukan di sekitar jalan Kecamatan Semboro. ''Saat And punya daging celeng, saya dicegat dia,'' sambungnya.
Kendati begitu, dia mengaku, meski setiap hari memasok daging sapi, dirinya tidak selalu mengoplos dengan daging celeng. ''Kadang seminggu sekali daging sapi dan daging celeng dioplos,'' ungkapnya. Konsumennya yang terbanyak adalah ibu rumah tangga. Selain itu, ada pedagang bakso dan cilok.(jum/har/dwi/mas/JPNN)