Waspadai 3 Fase Demam Berdarah Ini
Puncak virus demam berdarah adalah hari ketiga hingga keempat setelah demam dimulai. Namun, demam ini bisa turun secara drastis dan hampir tidak terdeteksi beberapa hari setelahnya.
Untuk mendeteksi apakah seseorang terjangkit virus ini diperlukan pemeriksaan NS-1 antigen dengue dan IgM dengue. Pada umumnya, demam dan kadar virus dalam darah berbanding terbalik. Hasil pemeriksaan akan menunjukkan angka antibodi IgM anti-dengue yang meningkat, namun demam akan menurun.
2. Fase kritis
Ketika demam menurun, penderita justru memasuki periode yang berisiko paling tinggi mengalami kebocoran plasma dan perdarahan. Pada fase ini, sangat diperlukan mengamati rongga paru dan perut untuk memberikan terapi yang tepat guna mengganti kehilangan cairan dan menstabilkan volume tubuh.
Jika tak segera diatasi, penderita berisiko kehilangan nyawanya. Sebab, adanya peningkatan hematocrit yang melebihi 20 persen dari nilai dasarnya, menyebabkan terjadinya penumpukan cairan pada rongga perut (asites), serta penumpukan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura,) sehingga menyebabkan sesak napas.
Ketika memang terjadi kebocoran plasma, penderita harus diamati perkembangan kondisi tubuhnya, yakni dengan mengecek peningkatan detak jantung terutama saat demam sudah turun, ujung jari tangan dan kaki yang dingin, serta penurunan frekuensi dan volume berkemih.
Bila penderita mengalami perdarahan berlebih dan menunjukkan tanda-tanda yang mengarah kepada kondisi syok, harus dialihkan ke unit perawatan intensif untuk dimonitor secara ketat.
Perlu Anda ketahui, syok yang berkepanjangan dan perdarahan berlebih dari saluran pencernaan merupakan faktor utama yang berkaitan dengan komplikasi berujung kematian.
Menariknya, sebagian besar pasien dengan demam berdarah pada fase ini tetap sadar dan memiliki orientasi yang baik, bahkan saat sudah mengalami syok sekalipun. Indikator yang menunjukkan bahwa individu telah memasuki fase kritis meliputi: