Wiwiek Sipala, Dosen IKJ yang Mengajar Tari untuk Terapi Murid Berkebutuhan Khusus
Bangga Bila Siswa Jadi Percaya Diri dan MandiriKlinik Wiwiek itu bermula dari aktivitas keponakannya, Astati Ali, yang merupakan guru anak-anak berkebutuhan khusus di Bandung. Hampir setiap akhir pekan Astati yang menjadi guru di sekolah luar biasa (LSB) di Bandung datang ke kontrakan Wiwiek di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Nah, suatu ketika, Wiwiek membaca beberapa buku pendidikan ABK milik Astati. Dia sempat kaget ketika menemukan materi gerak dan irama dalam buku panduan pendidikan ABK itu.
’’Lha gerak dan irama itu kan dasar-dasar belajar tari. Ini kenapa kok ada di buku pendidikan anak berkebutuhan khusus?’’ ujar lulusan S-2 kajian seni pertunjukan dan seni rupa UGM tersebut.
Dari situlah ketertarikan Wiwiek untuk memperdalam kaitan tari dengan pembelajaran ABK muncul. Setelah keponakannya yang rutin datang ke Jakarta, kini ganti Wiwiek yang sering ke Bandung. Dia mencuri-curi waktu untuk ikut mengajar para siswa ABK di sekolah Astati. Dia menunjukkan beberapa gerakan tari kepada anak-anak itu.
’’Contohnya, gerakan tari burung. Gerakannya sederhana. Yang penting anak-anak itu mengerti,’’ katanya.
Kemudian, beberapa anak terlihat antusias. Wiwiek pun jadi kecanduan untuk mengajar anak-anak berkebutuhan khusus tersebut. Namun, ibu Mariski Nur Adnin itu perlu melakukan riset atau mengeksplorasi kondisi ABK sebelum mengajak mereka menari. Dia harus bisa menggali dengan benar kesukaan mereka.
’’Jika mereka suka burung, pasti tidak akan susah untuk diajak menari burung,’’ tandas suami Sukma Prawira Negara tersebut.
Ketekunannya melatih ABK itu mengantarkan Wiwiek mendapat beasiswa studi lanjutan di Dance Department New York University (NYU). Beasiswa itu diberikan ASEAN Culture Council. Wiwiek juga tercatat pernah mengikuti studi seni tari tradisional Jepang di Michiyo Dance School (1985) serta Canadian Dance School, Vancouver, Kanada (1986). Dia juga pernah belajar tari tradisional Thailand di Chulalongkorn University dan Chiang Mai Dance School (1990–1991).
’’Di Amerika, saya mendapat ilmu baru tentang tari untuk anak-anak berkebutuhan khusus,’’ ujarnya.