Ya Ampun... Masih SMA Sudah Nyambi Jadi LC Karaoke
jpnn.com - PEKALONGAN - Bisnis karaoke kian menjamur di Kabupaten Pekalongan. Menjamurnya tempat-tempat karaoke itu pun sulit lepas dari keberadaan perempuan pemandu lagu (PL) atau lady companion (LC) yang biasa menemani pengunjung untuk bernyanyi.
Namun, ada hal yang membuat miris. Sebab, profesi PL ternyata menjadi daya tarik bagi kalangan belia, bahkan ada yang masih menyandang status sebagai siswi sekolah menengah.
Uang ternyata membuat para siswi itu silau. Sebab, dengan kerja yang tak terlalu berat, mereka bisa mendapatkan uang lumayan.
Bahkan kini faktor ekonomi bukan lagi persoalan klasik yang memaksa mereka terjun menjadi PL. Gaya hidup (lifestyle) juga ikut menggiring mereka untuk bisa mendapat uang secara mudah demi memenuhi kebutuhannya. Sebagian besar mereka beralasan tidak pulang ke rumah karena mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
Hasil investigasi Radar Pekalongan (Jawa Pos Group) menunjukkan sejumlah pelajar SMA yang punya sambilan sebagai PL tidak bekerja tetap atau freelance di salah satu tempat karaoke. Mereka memang memilih untuk bekerja lepas. Mobilitas mereka bergantung pada panggilan pemilik bisnis karaoke jika ada orderan tamu.
Biasanya, operator pengelola karaoke yang berperan menawarkan orderan kepada mereka. Namun, tidak semua akan ditawari PL belia itu. Hanya tamu-tamu tertentu, seperti pelanggan tetap karaoke atau kelompok-kelompok tertentu yang berduit dan memiliki pengaruh.
Jam kerja PL pelajar pun biasanya pada siang hingga sore hari. Wajar saja, alasan mereka tidak pulang ke rumah karena ada kegiatan ekstrakurikuler di sekolahan atau mengerjakan tugas kelompok.
Ironisnya, ada PL pelajar yang tidak risih datang ke tempat karaoke masih mengenakan seragam sekolah. Untuk satu jam menemani tamu, para pelajar ini mematok saweran antara Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per jam.