Yaman dan Libya Bakal Menyusul, Saudi Bisa Terakhir
Minggu, 12 Juni 2011 – 12:06 WIB
"Setiap negara yang dilanda krisis memiliki kondisi demografi, ekonomi, dan politik yang berbeda. Tetapi, gelombang revolusi di seluruh kawasan tersebut tak bisa diremehkan. Dalam kondisi pemerintahan seperti apapun, rakyat bisa memberontak karena imbas revolusi sipil," urai James Denselow, pakar keamanan Timur Tengah di King"s College, London, seperti dikutip The Muslim Observer.
Dengan landasan itu, dia yakin bahwa Saudi pun segera terjangkit wabah reformasi. "Mungkin, Saudi akan menjadi yang terakhir tersentuh revolusi, tapi kemungkinan itu tetap ada. Saya rasa revolusi yang sama akan terjadi di Saudi," ungkapnya. Gereget di Saudi mungkin tak akan sekuat revolusi di negara-negara lain. Sebab, negara monarkhi itu tak memberi ruang bagi rakyat untuk bersikap kritis.
Namun, sebelum revolusi menjalar ke Saudi, sejumlah rezim di dunia Arab bisa tergusur lebih dulu. Kantor berita Press Trust of India (PTI) yang mengutip sejumlah analis meramalkan bahwa Libya, Syria, dan Yaman bisa terkena efek domino revolusi di dunia Arab. Saat ini tiga rezim di sana kian terdesak untuk menghadapi demonstrasi oposisi.