Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Yang Ngaku Antimainstream Baca Ini! Rururadio, Radio Nirkabel Berbasis Komunitas

Rabu, 15 Juli 2015 – 18:21 WIB
Yang Ngaku Antimainstream Baca Ini! Rururadio, Radio Nirkabel Berbasis Komunitas - JPNN.COM
PENDENGAR TERBATAS: Narpati Awangga dan Arie Dagienkz di depan Studio Rururadio, radio komunitas, di Jakarta. (Dhimas Ginanjar/Jawa Pos)

”Bikin radio sekarang gampang banget. Tinggal download program, lalu taruh komputer, sudah bisa siaran, cuap-cuap sesukanya, dan muter lagu. Kami nggak nyangka dari kegiatan iseng itu kini jadi seperti ini,” ucap Arie Dagienkz, station manager sekaligus penyiar Rururadio.

Menurut pria yang bernama asli Arie Aprieludy tersebut, sejak Rururadio diperkenalkan secara resmi pada 1 Februari 2015, respons yang diterima sangat bagus. Dengan batasan 500 orang yang bisa menikmati streaming di rururadio.org, kuota tersebut hampir setiap hari menyentuh angka 400 pendengar.

Pada awal keberadaannya, Rururadio hanya bermodal sebuah laptop. Kini, lima tahun berjalan, selain punya studio, merekapunya mixer, 1 set komputer, dan 2 set turntable. ’’Jangan lupa, studio kami sekarang ber-AC, lho,” ujar Arie berpromosi.

Saat mengudara, Rururadio menjaga kualitas suara yang dikirimkan dengan bitrate 128 Kbps. Hasilnya, suara tetap bagus dan pendengar tidak harus menyediakan kuota internet banyak saat tidak berada di jangkauan unlimited wifi.

Hitungan kasar dengan bitrate tersebut, mendengarkan Rururadio dalam satu menit akan menghabiskan kuota sekitar 960 KB. Dalam satu jam berarti dibutuhkan sekitar 56,25 MB.

’’Tapi, pernah jebol juga kalau lagi live streaming satu acara. Misalnya Sabtu lalu (11/7), pas Efek Rumah Kaca main di secret gigs. Yang dengar sampai 3 ribuan orang. Kalau sudah gitu, kami menyerah dan akhirnya minta maaf di Twitter karena memang bandwidth-nya cuma segitu,” tutur Arie.

Memang pernah ada usul untuk menambah bandwidth agar bisa didengar sampai seribuan orang. Namun, karena pertimbangan biaya dan mengejar stabilitas pendengar, manajemen memilih tetap bertahan dengan 500 pendengar saja.

”Sementara segitu dulu,” ujarnya.

Berangkat dari kegiatan iseng siaran di sela menjaga Ruru Shop, aktivitas cuap-cuap di depan laptop itu berkembang serius lima tahun kemudian. Sebagai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close