Youthquake, Fenomena Pengubah Wajah Dunia
jpnn.com - Kamus Oxford mengartikan youthquake sebagai gerakan kultural, politik, atau sosial yang signifikan dan muncul dari aksi atau pengaruh kaum muda. Di era 1960-an youthquake juga sempat populer. Tapi, dampaknya tidak sedahsyat kali ini.
Kemunculan kedua youthquake pada 2017 punya gaung yang lebih kuat. Sebab, youthquake lahir kembali lewat kendaraan yang lebih digdaya: politik.
Di Eropa youthquake menjadi populer menjelang pemilihan umum (pemilu) parlemen Inggris pada Juni 2017. Para pemilih muda yang sebagian besar baru pertama ikut nyoblos sukses membuat Partai Konservatif terjungkal.
Partai yang diketuai Perdana Menteri (PM) Theresa May itu memang masih unggul. Namun, mereka kehilangan banyak kursi. Sedangkan Partai Buruh sukses menambah jumlah kursi di parlemen.
Dari sana, fenomena youthquake itu menjalar ke Selandia Baru, Australia, dan Amerika Serikat (AS). Selanjutnya, dalam waktu satu semester, youthquake menjadi fenomena yang mendunia.
Di Selandia Baru fenomena tersebut membuahkan hasil maksimal. Tahun lalu Jacinda Ardern terpilih sebagai PM perempuan pertama Negeri Kiwi tersebut. Bahkan, dia juga jadi pemimpin perempuan termuda.
Dalam usianya yang 37 tahun, Ardern mampu membuktikan kemampuannya untuk memimpin. Dia membuat dunia tak lagi memandang remeh kaum muda.
Sebelumnya keberpihakan kaum muda pada perubahan dan angin segar juga telah memunculkan presiden termuda di Prancis. Presiden Emmanuel Macron yang saat itu belum genap berumur 40 tahun menggantikan Francois Hollande.