Yuli Sumpil Akui Menaruh Uang, Bantah Mabuk
Mungkin sejak kelas V SD (umurnya saat ini 42 tahun, Red). Antara tahun 1989–1990. Tapi, saat itu belum ada yang namanya Aremania. Nama Aremania itu mungkin baru gebyar pada 1996 silam. Dulu saya sepulang sekolah kalau waktu libur jualan koran, saya menonton Arema. Dulu saya hanya modal. ”Lek, nunut, Lek (Om, ikut, Om),” kemudian bisa masuk ke stadion.
Selain itu, home base Arema juga pernah pindah ke Kota Batu karena Stadion Gajayana direnovasi dan nggandol-nggandol kendaraan untuk menonton ke sana.
Anda menjadi dirigen sudah berapa lama?
Kalau menjadi dirigen mungkin sekitar tahun 1998 (20 tahun lalu, Red). Dulu dirigennya tidak hanya saya, ada juga El Kepet.
Anda sudah tidak akan menjadi dirigen lagi, apa ada regenerasi penerus Aremania yang bakal menjadi dirigen? Mungkin Anda akan menujuk siapa sebagai dirigen selanjutnya?
Tidak ada, karena itu bukan tipikal Aremania. Kalau saya tunjuk, mungkin Aremania lain tidak terima dan malah menyuruh turun. Menjadi dirigen ini tidak sekadar naik ke atas pagar, tapi juga membutuhkan proses.
Kami (Aremania) ini tidak ada yang di atas, tidak ada yang di bawah. Kami diciptakan tidak ada yang lebih atas. Intinya, banyak cara untuk membangun kebersamaan.
Sebagai Aremania, apa rencana Anda ke depan? Apa hanya menyaksikan laga melalui televisi?